Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha menilai membaiknya sejumlah sektor industri sebagai kemungkinan yang mengakibatkan terjadinya pelandaian restrukturisasi kredit yang dialami sektor perbankan selama 3 bulan terakhir.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan salah satu industri yang memiliki kemungkinan membaik adalah makanan dan minuman (mamin).
Menurutnya, sektor makanan dan minuman sudah mulai menunjukkan geliat meskipun kuartal I/2021 dinilai masih berat, serta memiliki prospek yang cukup meyakinkan mengingat belum adanya larangan mudik lebaran dari pemerintah.
"Pemerintah tidak memperketat pembatasan sosial untuk masa mudik lebaran, hal tersebut dipandang oleh pelaku industri sektor mamin sebagai peluang. Momen Idulfitri ini diharapkan menjadi momentum," ujar Hariyadi kepada Bisnis.com, Minggu (21/3/2021).
Pelaku usaha, lanjutnya, berharap pemerintah tidak mengambil langkah tarik rem mendadak seperti halnya yang terjadi dengan kebijakan pembatasan pergerakan massa sebelumnya.
Di samping itu, Hariyadi juga berharap restrukturisasi untuk perusahaan-perusahaan yang masih mengalami kesulitan dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, antara lain; arus kas, prospek bisnis, dan risiko bisnis.
Baca Juga
Ketiga hal itu yang kami minta dalam kondisi seperti saat ini untuk diperlonggar," sambungnya.
Pada perkembangan lain, melandainya restrukturisasi kredit menjadi sinyal bagi bank untuk mengoptimalkan penyaluran kredit ke sejumlah sektor usaha yang dinilai masih prospektif di tengah situasi pandemi.
Program restrukturisasi kredit di sektor keuangan berlangsung sampai Maret 2022. Sejak awal tahun ini bank mencatat adanya perlambatan permohonan debitur yang mengajukan restrukturisasi.
Sampai dengan Januari 2021, total restrukturisasi kredit di industri keuangan mencapai Rp971 triliun. Segmen terbesar yang mengalami perlambatan pengajuan restrukturitasi adalah UMKM berbasis makanan dan minuman.