Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 3,50 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan keputusan yang diambil oleh Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17-18 Maret 2021, Kamis (18/3/2021) melalui siaran virtual.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dari meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah prakiraan inflasi yang tetap rendah," ujarnya.
Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana memperkirakan BI bakal mempertahankan suku bunga acuan pada 3,50 persen hingga di masa mendatang. Wisnu juga mencatat inflasi diharapkan untuk meningkat secara bertahap di kuartal selanjutnya berkat permintaan tinggi saat hari raya dan low base effect.
Sementara itu, tekanan terhadap rupiah akan tetap bertahan setelah Federal Reserve (The Fed) tidak melihat kenaikan yield sebagai kondisi yang mengetatkan pasar keuangan. “Namun kami mencatat inflasi di AS yang terjangkar dengan baik, yang sebelumnya dibayang-bayangi oleh pernyataan-pernyataan berlebihan,” kata Wisnu kepada Bisnis, Kamis (18/3/2021).
Dia juga mengatakan BI akan lebih fokus pada kebijakan makroprudensial ke depannya seiring dengan kebijakan moneter telah menerobos jauh dari batasnya. Terlebih, dari sudut pandang domestik, stabilitas rupiah telah terbantu berkat dorongan neraca perdangan yang surplus selama 10 bulan berturut-turut.
Baca Juga
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyebut keputusan RDG BI untuk menahan suku bunga acuan sesuai dengan perkiraannya. Termasuk lending facility yang ditahan sebesar 4,25 persen dan deposit facility sebesar 2,75 persen.
Ke depannya, dia juga memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level yang sama hingga akhir tahun karena faktor ruang penurunan yang sangat terbatas.
“Kami masih memperkirakan BI akan mempertahankan BI7DRRR pada 3,50 persen hingga akhir tahun ini, dan di dalam waktu yang sama melanjutkan quantitative easing (QE) da pelonggaran kebijakan makroprudensial dalam mempercepat pemulihan,” tulis Andry dalam macro brief yang dikutip Bisnis, Kamis (18/3/2021).
Menurut Andry, suku bunga rendah dibutuhkan terlebih saat perekonomian Indonesia diperkirakan pulih secara bertahap. Namun, interest rate differential yang menarik harus tetap dipertahankan untuk menarik aliran modal masuk, agar membatasi kapasitas BI dalam menurunkan suku bunga.