Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mencatat kenaikan produksi baja nasional naik di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Pada tahun lalu produksi baja mencapai 11,5 juta ton atau naik 30,2 persen secara tahunan. Selain itu, utilisasi pada 2020 juga meningkat menjadi 88,38 persen, terbilang jauh dari 2019 yang sebesar 67,86 persen.
Pada tahun ini kemampuan industri baja nasional semakin menguat. Hal ini tercermin dari kapasitas produksi bahan baku baja nasional (slab, billet, bloom) sebesar 13 juta ton.
Kemenperin menjelaskan pada tahun lalu fokus menjalankan program yang menargetkan substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022. Langkah strategis ini guna membangkitkan kembali kinerja industri dan ekonomi nasional akibat gempuran dampak pandemi Covid-19.
Baca Juga : Jurus Kemenperin Dorong Industri Besi dan Baja |
---|
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengatakan periode 2020 merupakan lembaran baru bagi industri baja nasional. Sebab, Indonesia berhasil menekan impor baja hingga 34 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Kita berhasil menekan impor sebesar 34 persen, di mana sebelumnya pada 2019, 2018, dan 2017 itu sering diwarnai banjir impor. Karena apa? kami menegakkan kebijakan yang tepat, dengan mengatur supply and demand secara smart, terstruktur dan sesuai dengan kapasitas industri nasional,” katanya, Kamis (4/3/2021).
Menurut Taufiek, hampir seluruh negara mengalami penurunan produksi baja pada tahun pandemi 2020. Namun hal tersebut tidak terjadi di beberapa negara, seperti China yang produksinya justru meningkat 5,2 persen.
Baca Juga : Stimulus Properti Bikin Industri Pendukung Tersenyum |
---|
Berikutnya, produksi baja di Turki juga meningkat 6 persen, Iran meningkat 13 persen, dan Indonesia meningkat hingga 30,25 persen dibandingkan pada 2019.
“Sektor industri baja itu indikator ekonomi. Kalau industri bajanya tumbuh, tentunya ekonomi kita bisa terbangun dengan kuat, dan yang penting adalah kita harus mengoptimalkan produk-produk dalam negeri,” katanya.
Adapun Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim mengamini secara arah kebijakan pemerintah saat ini sudah lebih baik dalam mendukung industri dalam negeri meski masih perlu penyempurnaan.