Bisnis.com, JAKARTA – Terbentuknya Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) memiliki fokus utama membawa mitra investasi di Indonesia untuk berinvestasi di aset privat hingga investasi secara langsung, khususnya di proyek infrastruktur dan transportasi.
Direktur Investasi INA Stefanus Ade Hadiwidjaja mengatakan pemerintah melalui Kementerian Keuangan melakukan injeksi baik dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham hingga Rp75 triliun sebagai modal awal LPI. Tujuannya supaya LPI dapat bermitra dengan investor baik dari luar maupun lokal.
Terkait dengan pola kerja sama, jelasnya, masih terus digodok tetapi ada beberapa opsi yang mungkin dilakukan. Dia mencontohkan melalui master fund dengan investor besar global akan masuk dan berinvestasi di sektor yang menurut mereka menarik.
Selain itu, sambungnya, pada fase awal para investor juga bisa melakukan investasi langsung kepada sejumlah target aset.
“Dan yang penting di sini bahwa tata kelola dan skema dana yang akan dikembangkan, nanti akan disepakati bersama dengan mitra investor kita. Itu akan mencakup berbagai hal, termasuk karakteristik dari target investasi, profil risiko, target return [pengembalian investasi], tata kelola organisasi dan manajemen dari fund itu sendiri,” ujarnya saat diskusi daring, Rabu (3/3/2021).
LPI pun akan mengkomunikasikan kepada investor pentingnya melakukan investasi infrastruktur di Indonesia. Pertama, karena sektor ini menjadi salah satu sektor yang besar. Tak hanya itu, pemerintah sudah melakukan investasi yang luar biasa di infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir tetapi pekerjaan rumah ini belum selesai.
Baca Juga
“Ini yang akan terus dilanjutkan, dan pemerintah akan melakukan investasi tetapi INA juga akan membantu melakukan investasi di sektor ini bersama-sama di sektor asing,” imbuhnya.
Kemudian proyek infrastruktur dan transportasi memiliki efek berganda. Menurutnya, dengan suksesnya pembangunan infrastruktur bukan hanya memberikan pengembalian investasi (return) yang baik kepada investor tetapi juga efek lanjutan ke berbagai sektor di Indonesia.
Sektor yang dimaksud membutuhkan capex besar dan memiliki impak yang besar dari sisi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurutnya sektor infrastruktur tidak hanya berupa jalan atau bandara, tetapi masih ada infrastruktur digital yang meliputi pusat data hingga fiber optic. Selanjutnya ada infrastruktur logistik meliputi penyimpanan dingin (cold storage) dan gudang (warehouse).
Stefanus juga memerinci sejumlah sektor lainnya yang juga bisa menjadi potensi jangka pendek dan menengah seperti pelayanan kesehatan yang penting bagi pengembangan sosial di Indonesia. Bahkan sektor ini menarik bagi berbagai investor lokal maupun maupun global.
“Ini tentu saja ada hospital, ada diagnostic lab, specialty healthcare dan lainnya renewable energy, manajemen, dan water waste management adalah suatu hal yang butuh capex besar juga, dan juga impact-nya juga besar,” imbuhnya.
Tak hanya itu, dia juga memaparkan sejumlah sektor yang juga akan dieksplor ke depannya adalah barang -barang konsumsi, teknologi, hingga pariwisata dalam jangka pendek dan jangka menengah.