Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Rugi, Krakatau Posco Mau Investasi Hingga Rp71 Triliun

Investasi tersebut bertujuan meningkatkan kapasitas produksi hingga 6 juta ton per tahun mulai 2025 mendatang.
Ilustrai HRC. /Bisnis.com
Ilustrai HRC. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Posco mengaku masih berkomitmen untuk menambah investasi sekitar US$4 miliar-US$5 miliar atau sekitar Rp57,19 triliun hingga Rp71,49 triliun.

Investasi tersebut bertujuan meningkatkan kapasitas produksi hingga 6 juta ton per tahun mulai 2025 mendatang. Hal ini akan dilakukan kendati dalam enam tahun terakhir perseroan mengaku belum mencetak laba

Direktur Technology dan Businnes Development PT Krakatau Posco Gersang Tarigan mengatakan komitmen itu guna mendukung Program Strategis Nasional dan rencana pengembangan klaster baja 10 juta ton di Cilegon.

Untuk itu, Gersang mengaku guna menuju peningkatan produksi tersebut perseroan sangat membutuhkan dukungan pemerintah saat ini. Pasalnya, kondisi industri baja nasional saat ini berada dalam kondisi kelebihan pasokan dan impor baja yang masih perlu diatasi.

"Sejak 2014 sampai saat ini kami hampir belum pernah profit, impor baja terutama di Batam sangat merugikan investasi kami yang sudah US$3 miliar saat ini," katanya dalam diskusi virtual, Minggu (28/2/2021).

Adapun secara nasional, industri baja saat ini memiliki kapasitas produksi hingga 2,75 juta ton per tahun. Namun, permintaan dalam negeri hanya berkisar 1,5 juta ton.

Dalam empat tahun terakkhir permintaan dalam negeri tidak pernah tumbuh.  Pada tahun lalu turun justru merosot menjadi 1 juta ton.

Sementara itu industri baja berpotensi menghadapi tantangan baru dengan terbitnya aturan turunan UU Cipta Kerja. PP Nomor 41/2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, kata Gersang memicu tindakan curang dari produsen besi dan baja luar negeri. 

Pasalnya, dalam ketentuan itu Kawasan Ekonomi Khusus dan RPP FTZ/FPZ tidak akan diberlakukan pengenaan bea masuk, termasuk bea masuk antidumping, bea masuk imbalan, bea masuk tindakan pengamanan dan/atau bea masuk pembalasan di KEK dan FTZ/FPZ.

Dia menjelaskan bahwa saat ini, Batam, memiliki pangsa pasar yang besar untuk besi dan baja. Saat permintaan dalam negeri secara nasional melemah, kawasan tersebut masih mencatat pertumbuhan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper