Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat saat ini menunjukkan perbaikan, terutama dari sisi belanja.
Hal dipicu oleh fokus pemerintah pada program pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk bantuan sosial atau bansos sehingga mencegah kondisi masyarakat semakin memburuk.
“Apabila pemerintah tidak melakukan bansos [bantuan sosial], menurut estimasi Bank Dunia kenaikan kemiskinan mencapai 11,8 persen,” kata Sri Mulyani melalui konferensi pers virtual APBN KITA, Selasa (23/2/2021)
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada periode September 2020 tingkat kemiskinan menjadi 10,19 persen atau meningkat 0,97 poin persentase (pp) dibandingkan September 2019 yang sebesar 9,22 persen.
Dampak pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I/2020 yaitu persentase penduduk miskin naik menjadi 9,78 persen atau naik 0,37 pp dari Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang atau meningkat 2,76 juta orang dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga
Secara spasial, persentase penduduk miskin perdesaan per September 2020 naik menjadi 13,20 persen dari 12,6 persen pada September 2019.
Persentase penduduk miskin perkotaan mengalami kenaikan menjadi 7,88 persen dibandingkan September 2019 yang hanya sebesar 6,56 persen. Hal ini sebagai akibat terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di seluruh wilayah, terutama di perkotaan.
Sementara itu, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Rasio Gini adalah sebesar 0,385 per September 2020. Angka ini meningkat 0,005 poin dibandingkan dengan Rasio Gini September 2019 yang sebesar 0,380.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa bansos membantu sampai 30 persen warga termiskin. Apabila tidak diperhatikan, konsumsi rumah tangga bisa turun mencapai 7 persen.
Meski begitu, bansos tidak menjadi satu-satunya mengembalikan ekonomi. Pemerintah pun berharap terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga untuk kelas menengah hingga atas.
Mereka, tambah Sri, menahan belanja bukan karena pendapatan yang menurun, tapi tidak bisa melakukan aktivitas. Oleh karena itu, penanganan Covid-19 menjadi keharusan demi menciptakan kepercayaan diri (confidence) kelompok menengah ke atas.
“Ini yang diharapkan masyarakat paling rentan dan miskin dilindungi. Lalu masyarakat menengah ke atas dilindungi melalui confidence Covid-19 terjaga sehingga mereka bisa melakukan aktivitas, yaitu konsumsi dan itu membantu pemulihan ekonomi,” ucap Sri.