Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mengaku memiliki rancangan untuk mengoptimalkan hutan tanaman industri (HTI) untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku alternatif industri pulp dan kertas yang dinilai memiliki daya saing cukup kuat.
Adapun secara data kinerja, Kemenperin mencatat industri pulp saat ini memiliki kapasitas berlebih 4,8 juta ton per tahun sedangkan industri kertas 6,3 juta ton per tahun.
Plt Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Edy Sutopo mengatakan industri pulp dan kertas saat ini memiliki tantangan utama yakni penyediaan bahan baku karena rendahnya recovery rate kertas daur ulang dalam negeri dan hambatan importasi kertas daur ulang.
"Kita baru bisa memenuhi 50 persen dari kebutuhan bahan baku kertas bekas 6-7 juta ton di mana 50 persennya harus diimpor," katanya dalam diskusi virtual yang dikutip, Jumat (19/2/2021).
Edy menyebut padahal Indonesia ternyata juga memiliki potensi sumber bahan baku lain yang luar biasa. Jika dihitung peluang subtitusi impor pulp serat panjang dapat mencapai 1,5 jutan ton atau senilai US$1,4 miliar.
Adapun bahan baku alternatif tersebut menjadi salah satu agenda arah hilirisasi industri pulp dan kertas Kemenperin ke depan. Salah satunya dengan upaya penggunaan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang saat ini, kata Edy, bahkan sudah menuju arah komersialisasi.
Baca Juga
"Kita punya TKKS ini sekitar 11 persen dari tandan segar yang sekarang lahan sawit sebesar 16 juta hektare," ujarnya.
Selain TKKS, masih ada keragaman hayati yang memiliki kandungan serat cukup baik sebagai alternatif bahan baku seperti sereh wangi. Alhasil, ke depan diharapkan tidak hanya bergantung pada kayu.
Sisi lain, selain potensi dari kebutuhan kertas, industri pulp juga saat ini sudah berkembang untuk produk hilir lainnya yaitu produk dissolving pulp sebagai bahan baku rayon untuk industri TPT (tekstil dan produk tekstil).
Adapun serat rayon berbahan baku dissolving pulp justru sangat mudah diurai dalam tanah. Selain itu, serat rayon memiliki karakteristik yang serupa dengan serat kapas.
"Saat ini kebutuhan untuk rayon juga masih diimpor karena baru ada satu produsen yang baru bisa memenuhi 240.000 ton per tahun dari kebutuhan nasional 500.000-600.000 ton per tahun," ujarnya.