Bisnis.com, JAKARTA — Peningkatan kontribusi ekspor UMKM Indonesia disebut bisa dicapai dengan optimalisasi pemasaran pada produk-produk dengan keunikan khusus. Kelompok produk ini cenderung masih memiliki permintaan yang terjaga karena menyasar kelompok menengah ke atas.
Meski pasarnya terbatas, Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan bahwa produk kriya bernilai budaya Indonesia cenderung memiliki keunikan yang bisa menjadi daya jual tersendiri di negara tujuan ekspor. Peluang ini bisa dimanfaatkan untuk menambal kalah saingnya produk-produk serupa yang dihasilkan negara lain dengan lebih efisien.
“Misal, untuk produk kain, pelaku UMKM bisa memanfaatkan keanekaragaman jenis kain tenun untuk diekspor. Jadi, ada keunikan yang ditawarkan dan ini tidak bisa diberikan produk dari negara lain,” kata Enny saat dihubungi, Rabu (17/2/2021).
Enny menjelaskan bahwa sejauh ini persoalan UMKM untuk menembus pasar ekspor adalah fasilitas untuk mendapatkan pembeli yang masih terbatas. Selain itu, terdapat hambatan logistik mengingat skala produksi yang kecil.
Dia berpendapat bahwa masalah ini bisa diurai jika pemerintah bisa meningkatkan fasilitasnya, misalnya, dengan memanfaatkan perwakilan di luar negeri sebagai agen pemasaran dan memanfaatkan kargo milik perusahaan pelat merah untuk mendukung proses ekspor.
“Misal, Garuda selama pandemi ini akan keterisian kargonya berkurang, bisa dimanfaatkan untuk UMKM dan dengan diskon,” lanjutnya.
Baca Juga
Namun, Enny memberi catatan bahwa peningkatan penetrasi pasar ekspor bagi UMKM bukanlah perkara mudah selama pandemi. Bagaimanapun, lanjutnya, pemulihan ekonomi global akan sangat memengaruhi permintaan dari luar negeri untuk produk UMKM.
“Untuk kuartal pertama ini proyeksi ekonomi global masih akan tertekan, seperti di Indonesia. Dan untuk itu produk UMKM yang masih bisa diekspor tentunya juga terbatas pada produk yang tersegmentasi ke kelas menengah atas.”