Bisnis.com, JAKARTA – Produk domestik bruto (PDB) Inggris berhasil mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada kuartal IV/2020. Kendati demikian capaian itu belum mampu menyelamatkan Inggris dari resesi.
Biro Statistik Inggris melaporkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir 2020 tumbuh 1 persen secara tahunan.
Kendati demikian, pertumuhan pada kuartal IV/2020 belum mampu menyelamatkan pertumbuhan ekonomi nasional secara tahunan pada 2020 lalu. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu terkontraksi 9,9 persen dan menjadi periode terburuk sejak 1709.
Dilansir dari Bloomberg, Jumaat (12/2/2021), para ekonom optimistis, kendati ekonomi terkontraksi 9,9 persen sepanjang 2020, Inggris mungkin dapat menghindari resesi kedua.
Keyakainana itu didasarkan pada adanya dorongan dari proyek konstruksi dan belanja pemerintah.
Selaian itu, program vaksinasi yang didorong oleh Perdana Menteri Boris Johnson akan meningkatkan optimisme Bank of England.
Baca Juga
Kepala ekonom bank sentral Andy Haldane memperkirakan konsumsi rumah tangga belanja akan mencapai sekitar 250 miliar pound (US$345 miliar) di tengah lockdown yang masih beberapa kali dilakukan pemerintah Iggris .
“Setahun ke depan, pertumbuhan tahunan dapat mencapai double digit,” tulis Haldane di harian Daily Mail.
Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan perekonomian memang berhasil bertahan pada musim dingin, tetapi tetap harus hati-hati karena baying-bayang tekanan ekonomi akibat lockdown masaih ada.
“Pemerintah akan memberikan dukungan untuk melalui fase pandemi lewat anggaran 3 Maret,” katanya.
Adapun, hanya sedikit ekonom yang memprediksi Inggris akan kembali ke jalur krisis. Namun, prediksi pertumbuhan ekonomi akan bergantung pada dampak pandemi. Inggris harus bertahan dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dan pinjaman pemerintah dalam beberapa tahun ke depan.
PM Johnson bakal tertekan untuk melonggarkan restriksi mulai 8 Maret, saat ekonomi dimulai. Program vaksinasi diharapkan dapat berpengaruh terhadap kebijakan membuka kembali sekolah dan bisnis. Pound dilaporkan menurun 0,2 persen di level US$1,37 pada 8.07 waktu London