Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2021 akan kembali mencatat pertumbuhan negatif.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memprediksi ekonomi pada kuartal I/2021 masih akan terkontraksi sebesar -0,85 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Kami memperkirakan ekonomi akan mencatat pertumbuhan -0,85 persen di kuartal I/2021, sebelum melaju ke 7,82 persen di kuartal II, 5,93 persen di kuartal III, dan 4,57 persen di kuartal IV,” katanya melalui keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Minggu (7/2/2021).
Satria menjelaskan, ada beberapa indikator yang mengindikasikan pertumbuhan negatif di kuartal I/2021, misalnya pada konsumsi rumah tangga, mobilitas ritel pada Januari 2021 telah menurun ke level terendah sejak September 2020 karena lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini.
Bahkan, mobilitas ritel pada periode tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2020 di beberapa provinsi besar seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan
Dari sisi investasi, dia mengatakan terdapat beberapa kontraksi yang lebih buruk dari perkiraan karena pertumbuhan sektor konstruksi mencapai -5,67 persen secara tahunan dengan pertumbuhan investasi bangunan, komponen terbesar dalam pembentukan modal tetap bruto, mencapai -6,63 persen.
Baca Juga
Di sisi ekspor, kemunduran harga komoditas seperti batu bara dan minyak sawit baru-baru ini dapat memperlambat momentum pemulihan.
Indonesia pun mungkin tidak mendapatkan banyak manfaat dari ledakan ekspor manufaktur teknologi baru-baru ini mengingat rendahnya eksposur ke rantai pasokan global.
Di samping itu, pengeluaran pemerintah dinilai masih akan menunjukkan perlambatan pada kuartal pertama tahun ini dikarenakan lembaga pemerintah masih harus beradaptasi dengan anggaran 2021 yang baru.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2020 terkontraksi -2,19 persen secara tahunan.
Dibandingkan kuartal III/2020, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut membaik, di mana pertumbuhan ekonomi pada kuartal III mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni mencapai 3,49 persen.
Adapun untuk keseluruhan tahun 2020, ekonomi tercatat minus 2,07 persen. Kontraksi ekonomi ini merupakan yang pertama kalinya sejak krisis 1998.