Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa negosiasi dengan LG Chem Ltd. untuk proyek industri baterai kendaraan listrik di Indonesia masih berjalan.
Investor asal Korea Selatan itu berpotensi menjadi mitra Indonesia Battery Holding atau Indonesia Battery Corporation yang akan dibentuk untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) secara terintegarsi dari hulu hingga hilir senilai US$13,4 miliar—US$17,4 miliar.
Menurut Agus, dalam negosiasi terkait rencana kerja sama tersebut, pihak LG Chem meminta agar ketersediaan bahan baku pembuatan baterai EV dapat terjamin.
"Syarat yang diminta LG Chem, dia ingin terjamin bahan bakunya selama dia berproduksi. Calon mitra takutnya 10—20 tahun habis. Mereka ingin pastikan bahan baku cukup agar investasi tidak sia-sia," ujarnya dalam BUMN Media Talk, Selasa (2/2/2021).
Indonesia memiliki cadangan mineral yang cukup melimpah untuk material penting baterai EV, seperti nikel, alumunium, tembaga, mangan dan kobalt. Menurut data Kementerian BUMN, Indonesia memiliki cadangan nikel hingga 21 juta ton, cadangan tembaga 51 juta ton, alumunium 1,2 miliar ton, dan mangan sebesar 43 juta ton.
Sebelumnya, LG Chem melalui anak usahanya, LG Energy Solution, telah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemerintah Indonesia untuk pembangunan pabrik baterai pada 18 Desember 2020 dengan total investasi mencapai US$9,8 miliar atau setara Rp142 triliun.
Baca Juga
Selain LG Energy Solution, tim percepatan juga tengah bernegosiasi dengan investor asal China, yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL), dan produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla Inc.