Bisnis.com, JAKARTA — Penyuntikan vaksin Covid-19 yang diiringi dengan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat untuk menekan penyebaran virus corona diyakini akan menjadi pemulihan ekonomi pada tahun 2021 ini.
Pelaku bisnis meyakini hal ini akan menjadi pemicu pemulihan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Selain itu, implementasi UU Omnibus Law juga akan menjadi rangkaian pendorong utama yang akan bisa memperkuat daya beli, meningkatkan kepercayaan pasar sehingga mendorong peluang investasi yang lebih baik di sektor properti.
Dari sisi moneter, kata General Manager Marketing Ciputra Group Andreas Raditya, sebelumnya Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan.
“Sejak November tahun lalu hingga kini suku bunga dipertahan di angka 3,75 persen. Bank Indonesia melakukan hal ini sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” katanya melalui siaran pers, Kamis (28/1/2021).
Alhasil, tren penurunan suku bunga perbankan dan perbaikan aktivitas perekonomian diharapkan akan mulai mendorong permintaan kredit.
Baca Juga
Raditya meyakini pada awal tahun ini industri properti akan bergerak seperti sebelum pandemi.
Menurutnya produk-produk yang memiliki lokasi strategis dan memiliki konekvitas dengan infrastruktur dan moda transportasi lebih diminati konsumen.
Selain itu, kondisi pasar yang masih hati-hati akan membuat konsumen selektif mengeluarkan uangnya. Namun, tuntutan untuk memiliki tempat tinggal tetap tinggi, apalagi untuk segmen milenial.
Untuk mendorong pasar lebih bergairah, Andreas yakin setiap developer akan memberi penawaran menarik yang memudahkan konsumen. Pasar yang terbagi dua, end user dan investor akan memanfaatkan tawaran menarik dari developer. Tentunya, yang memudahkan dan menguntungkan dengan produk yang memiliki nilai lebih yang akan dimakan konsumen.
“Perilaku pasar ini pun disadari oleh developer dengan meluncurkan proyek apartemen dengan harga terjangkau. Seperti di Jakarta seperti kami [Ciputra Group] menawarkan apartemen harga Rp300 jutaan. Produk sejenis dengan harga tersebut sudah tak bisa ditemui lagi di Jakarta,” tegas Andreas.
Apartemen yang dimaksud adalah Citra Landmark yang berlokasi di Ciracas, Jakarta Timur, yang merupakan hunian kaum urban yang didirikan di atas lahan seluas 7 hektare.
Di kawasan tersebut akan dibangun 11 menara apartemen serta berbagai fasilitas pendukungnya.
Radit mengatakan bahwa hunian vertikal ini sangat cocok dengan konsumen yang secara finansial terbatas, memiliki dana mulai dari Rp300 jutaan, tetapi menginginkan tetap tinggal di Jakarta.
“Citra Landmark mengisi segmen itu yang punya dana terbatas, tapi ingin tinggal di Jakarta. Dengan alasan utama dekat dari tempat kerja atau bisnis mereka, serta tidak ingin membuang banyak waktu di perjalanan,” tuturnya.
Dengan harga Rp300 jutaan, kata Raditya, Citra Landmark menyasar lebih banyak end user, sedangkan investor melihat prospeknya, jangka pendek hingga panjang tetap dapat diakomodasi.
Proyek apartemen ini memberikan kemudahan pembelian, seperti cara bayar yang menarik akan mendapat respons positif.