Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat ritel Yongky Susilo menyebutkan terdapat sejumlah isu krusial yang perlu diperhatikan para peritel untuk menangkap peluang pada 2021.
Dia memperkirakan perekonomian Indonesia bakal mulai membaik pada kuartal I, walaupun pertumbuhannya masih di bawah 1 persen. Meski demikian, terdapat peluang perekonomian akan menggeliat pada kuartal II bersamaan dengan Ramadan dan Idulfitri.
“Pelaku usaha harus menyiapkan rencana optimistis. Bagaimana kembali tumbuh pada 2021 karena ada peluang di kuartal kedua bisa tumbuh dibandingkan tahun lalu,” kata dia dalam webinar, Rabu (27/1/2021).
Yongky juga menyarankan agar peritel makin memperluas pemanfaatan omnichannel, di mana penjualan fisik dan secara daring bisa terintegrasi. Dia menyebutkan omnichannel berbeda dengan pemanfaatan platform dagang-el karena penjualan daring tidak bisa mensubstitusi penjualan luring di toko fisik.
Peritel pun bisa tumbuh lebih cepat dengan mengedepankan inovasi. Hasil pemantauannya menunjukkan bahwa produk yang berhasil mendulang pasar selama pandemi adalah produk-produk baru hasil inovasi sehingga tidak hanya mengandalkan produk lama untuk bisa tumbuh.
“Agar bisa tumbuh cepat kuncinya di inovasi. Saya lihat yang berhasil mendulang market adalah produk dengan inovasi. Jadi jika ingin outgrow the market Anda harus inovasi ke depan,” kata dia.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama Direktur Sari Ratu, salah satu jaringan restoran masakan Padang Indonesia yang berhasil ekspansi ke Singapura, Rama Auwines mengatakan bertahannya bisnis ritel selama pandemi juga tidak lepas dari dukungan pemerintah.
Hal ini setidaknya terlihat dari kondisi bisnis Sari Ratu di Indonesia dan Singapura yang cukup kontras.
Rama mengatakan meski kunjungan ke restoran yang berlokasi di mal Singapura cenderung menurun, kunjungan ke restoran di luar mal cenderung naik kendati tidak sampai dua digit. Di sisi lain, para pekerja di jaringan restoran di Negeri Singa pun masih menikmati gaji 100 persen.
“Kami sangat tertolong dari government fund, kami tetap bisa bayar upah pekerja 100 persen. Berbeda dengan di Jakarta yang harus lay-off dan ada pemotongan gaji,” kata Rama.