Bisnis.com, JAKARTA – Singapura masih menjadi medan magnet untuk ekspansi bisnis ritel Indonesia meski perekonomian di negara tersebut turut terkoreksi akibat pandemi.
Ketua Umum DPP Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengemukakan Singapura merupakan pasar yang prospektif karena daya beli masyarakatnya cenderung tinggi.
Di sisi lain, pemerintah setempat pun dia sebut sangat akomodatif terhadap usaha yang beroperasi.
“Selain lokasinya yang dekat, potensi di sana berada di daya beli masyarakatnya yang tinggi dan regulasi yang jelas. Pemerintah di sana memberi dukungan kepada usaha agar jangan sampai tutup dan melakukan PHK selama pandemi,” kata Budihardjo saat dihubungi, Rabu (27/1/2021).
Namun, Budihardjo memberi catatan tersendiri untuk ekspansi ke Singapura. Meski peritel Indonesia memiliki peluang besar dan kemampuan untuk masuk ke arena persaingan di negara asing, kondisi ini tidak serta-merta menjadikan pasar luar negeri sebagai alternatif pasar domestik.
Budihardjo mengatakan para peritel harus berhasil di pasar domestik untuk dapat ekspansif ke negara lain.
Baca Juga
“Kami tidak sarankan peritel untuk ekspansi kalau belum kuat di dalam negeri. Harus inkubasi dahulu di dalam negeri karena di luar negeri ada standar tersendiri,” lanjutnya.
Dia tak memungkiri pandemi Covid-19 telah menghambat rencana banyak peritel untuk memperluas jaringan di luar negeri. Sejauh ini, sejumlah merek Indonesia anggota Hippindo yang masih mempertahankan jaringannya di Singapura antara lain Sari Ratu, JCo, dan ritel di bawah Delamibrands seperti The Executive.
“Untuk ritel makanan masih bagus di Singapura, sementara fesyen kami lihat ada peluang ke depan ke Vietnam,” kata dia.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jimmy Gani menilai terdapat keuntungan tersendiri bagi peritel yang mempertahankan bisnis di luar negeri. Bertahannya eksistensi gerai di luar negeri selama pandemi bakal, meski dalam kondisi tak untung sekalipun, bisa diakali dengan subsidi silang.
“Prospek bisnis ritel di luar negeri cukup bagus. Kebanyakan sudah memiliki banyak gerai di Indonesia dan biasanya hal ini diiringi dengan subsidi silang dengan gerai di luar negeri. Jadi dalam kasus penjualan di luar negeri tidak terlalu bagus, flagship store-nya tetap bisa dipakai untuk keperluan pemasaran,” kata dia.
Di samping itu, perluasan jaringan di luar negeri pun disebut Jimmy menjadi peluang untuk pemasaran produk Indonesia. Selain menjual produk lokal di negara tersebut, Jimmy meyakini terdapat produk asal Indonesia yang turut dipasarkan.
“Misal untuk ritel minimarket, meski produk lokal dipasarkan, saya yakin ada pula produk Indonesia yang dijual. Ini peluang tersendiri untuk ekspor,” kata dia.