Bisnis.com, JAKARTA - Calon Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menegaskan komitmennya untuk tidak akan mengintervensi nilai dolar dan menyerahkannya pada penentuan pasar.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (19/1/2021), dia menyatakan tidak akan melemahkan dolar untuk meraup keuntungan perdagangan yang kompetitif.
"Nilai dolar AS dan mata uang lainnya harus ditentukan oleh pasar. Pasar menyesuaikan untuk mencerminkan variasi dalam kinerja ekonomi dan umumnya memfasilitasi penyesuaian dalam ekonomi global," kata Yellen.
Kebijakan itu akan mempengaruhi perdagangan dengan pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Jika dolar menguat, misalnya, eksportir yang banyak mengirim barang ke AS akan dirugikan. Sebaliknya, ongkos impor komoditas seperti kedelai, kapas, atau gandum dari AS akan turun sehingga menguntungkan importir.
Dorodjatun Kuntjoro, Dewan Pembina Indonesian Institue of Advanced International Studies (Inadis) berpendapat bahwa apa pun yang terjadi dengan pergerakan mata uang, hal yang paling penting adalah menjaga defisit neraca berjalan agartak semakin melebar. Artinya, ekonomi domestik harus diperkuat salah satunya juga didorong oleh penanganan pandemi yang bisa meredam laju infeksi.
"Kalau Yellen sudah bilang begitu, kita akan menjadi kuat atau lemah, bergantung ekonomi di dalam negeri dan bergantung pada penanganan pandemi," katanya dalam webinar bertajuk Prospek Hubungan Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-AS di Era Biden.
Baca Juga
Sepakat dengan Dorodjatun, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan risiko naik turunnya tekanan mata uang pada perdagangan adalah keniscayaan. Pelaku usaha besar menurutnya telah memiliki mekanisme dalam mengantisipasi hal itu.
"Saya rasa sebagai pemain ekspor, itu selalu kami atur. Kami akan terus memonitor dan ada mekanisme untuk mengontrol hal itu," ujarnya.