Bisnis.com, JAKARTA - Lonjakan ekspor China sepanjang tahun lalu mendorong surplus perdagangan ke rekor tertinggi sejak 2015.
Secara keseluruhan pada 2020, ekspor China naik 3,6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan impor turun 1,1 persen.
Surplus perdagangan China tahun lalu mencapai US$ 535,03 miliar, tertinggi sejak 2015. Adapun pada Desember 2020, ekspor tumbuh sebesar 18,1 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan impor tumbuh 6,5 persen, yang menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$ 78,18 miliar bulan lalu, karena pertumbuhan ekspor kembali melampaui impor.
Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics, berpendapat bahwa pertumbuhan ekspor China tak akan bertahan selamanya, terutama mengingat bahwa pola konsumsi di luar negeri secara bertahap akan kembali normal saat vaksin diluncurkan.
"Impor kemungkinan akan turun karena dukungan kebijakan secara bertahap ditarik sepanjang tahun ini," katanya dilansir South China Morning Post, Kamis (14/1/2021).
Dia menambahkan ekspor terus berjalan dengan baik bulan lalu karena penguncian baru di luar negeri memastikan pergeseran konsumsi dari jasa ke barang bertahan di banyak mitra dagang China.
Baca Juga
Sementara itu, peningkatan pertumbuhan impor menunjukkan bahwa permintaan domestik tetap kuat. Dia memperkirakan perdagangan akan tetap tangguh dalam waktu dekat tetapi akan melemah akhir tahun ini.
“Dalam waktu dekat, hambatan dari stimulus tahun lalu akan membuat impor tetap kuat untuk waktu yang lebih lama. Meskipun komponen pesanan ekspor dari manufaktur [indeks manajer pembelian] turun sedikit di bulan Desember, hal itu masih tampak konsisten dengan pertumbuhan ekspor yang cepat," jelasnya.
Juru bicara bea cukai Li Kuiwen mengatakan China adalah satu-satunya ekonomi utama di dunia yang telah mencapai pertumbuhan positif dalam perdagangan barang pada 2020. Status China sebagai]negara perdagangan barang terbesar di dunia semakin terkonsolidasi.
"China telah menjadi satu-satunya ekonomi besar di dunia yang mencapai pertumbuhan ekonomi positif [pada 2020]. Impor dan ekspor perdagangan secara signifikan lebih baik dari yang diharapkan, dan skala perdagangan luar negeri mencapai rekor tertinggi," katanya.
Sementara itu, tahun lalu, impor dari Amerika Serikat naik 9,8 persen menjadi US$ 134,9 miliar, sedangkan ekspor naik 7,9 persen menjadi US$ 451,8 miliar, menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$ 316,9 miliar.
Di tengah sengketa perdagangan yang sedang berlangsung, impor China dari Australia pada 2020 turun 5,3 persen menjadi US$ 114,8 miliar, sementara ekspor naik 10,9 persen menjadi US$ 53,5 miliar.
Perekonomian China secara keseluruhan terus pulih dari dampak virus Corona, dengan pertumbuhan pada kuartal ketiga sebesar 4,9 persen dari tahun sebelumnya, naik dari 3,2 persen pada kuartal kedua, setelah kontraksi 6,8 persen pada kuartal pertama.
China diprediksi menjadi satu-satunya negara Kelompok 20 yang menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi positif pada 2020, diperkirakan 1,9 persen oleh Dana Moneter Internasional dan 2,0 persen oleh Bank Dunia.