Bisnis.com, JAKARTA – Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian mengumumkan ramalan neraca pangan untuk kebutuhan selama tiga bulan ke depan.
Sejumlah komoditas dipastikan akan ditopang dengan pasokan impor karena produksi di dalam negeri yang belum bisa menutup kebutuhan.
Kepala BKP Agung Hendriadi dalam paparannya di hadapan Komisi IV DPR RI mengatakan salah satu komoditas yang akan diimpor adalah kedelai. Stok akhir komoditas ini per Desember 2020 berjumlah 411.975 ton, sedangkan kebutuhan selama Januari-Maret 2021 ditaksir mencapai 778.180 ton.
“Ada perkiraan impor kedelai sepanjang 2021 totalnya sebesar 2,6 juta ton. Yang akan turun [impornya] sampai Maret sebanyak 650.000 ton,” kata Agung, Rabu (13/1/2021).
Agung menjelaskan kenaikan harga kedelai yang terjadi di lapangan merupakan imbas dari pergerakan harga global. Hal ini tecermin dari pergerakan harga kedelai di tingkat distributor pada November yang masih Rp7.500—8.000 per kilogram (kg), menjadi Rp8.500 per kg pada Desember, dan puncaknya menyentuh Rp9.200 per kg pada Januari 2021.
Padahal, pada saat yang sama, harga yang diterima perajin tahu dan tempe disebutnya berkisar di angka Rp10.000—10.400 per kg.
Baca Juga
Sebagai upaya untuk menyeimbangkan pasokan kedelai impor dan domestik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tengah merancang produksi selama Januari—Juni 2021.
Dia mengatakan penanaman tahap pertama pada Januari sampai Maret akan dilakukan di lahan seluas 37.000 hektare (ha), di mana produksi dari 18.000 ha lahan akan dipakai untuk benih penanaman tahap selanjutnya.
“Benih yang dihasilkan akan dipakai untuk menanam di area 325.000 ha selama April sampai Juni di sentra produksi. Potensi produksinya 500.000 ton dan panen pada September,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi.
Selain rencana impor kedelai, pemerintah juga memperkirakan impor gula konsumsi akan kembali dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sampai masa giling tiba.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono menjelaskan produksi selama Februari berjumlah 2.388 ton dan pada Maret produksi sekitar 9.449 ton.
“[Produksi selama masa kritis] ini masih jauh dari kebutuhan. Pada bulan-bulan kritis, antara Januari sampai Maret, karena April sudah mulai naik gilingnya dengan puncak Mei dan Juni. Kebutuhan 237.000 ton akan dipenuhi kemudian. Maka pada bulan-bulan kritis itu ada rancangan impor gula sebanyak 323.000 ton pada Februari dan 323.000 ton pada Maret,” papar Kasdi.
Komoditas lain yang juga akan dipenuhi lewat impor adalah bawang putih yang sampai Maret diprediksi mendapat pasokan 42.000 ton dengan proyeksi impor sepanjang tahun 500.000 ton.
Sementara untuk daging sapi/kerbau, BKP memperkirakan pasokan impor sampai Maret berjumlah 71.250 ton dan perkiraan impor sepanjang 2021 sebanyak 285.000 ton.