Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengapa Pemerintah Perlu Dukung Kegiatan Produksi Pertamina?

Faktor utama merosotnya kinerja produksi Pertamina grup pada tahun lalu disebabkan oleh keekonomian lapangan dan ditambah tekanan pandemi Covid-19.
Proyek Lawe-lawe. Pengembangan fasilitas ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak mentah di Indonesia, yang mendorong Pertamina meningkatkan kapasitas penyimpanan yang ada di RDMP RU V - Balikpapan./Hutama Karya
Proyek Lawe-lawe. Pengembangan fasilitas ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak mentah di Indonesia, yang mendorong Pertamina meningkatkan kapasitas penyimpanan yang ada di RDMP RU V - Balikpapan./Hutama Karya

Bisnis.com, JAKARTA — Seorang akademisi menilai pemerintah perlu turun tangan atas merosotnya capaian kinerja produksi PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas nasional.

Staf pengajar Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto menjelaskan bahwa faktor utama merosotnya kinerja produksi Pertamina grup pada tahun lalu disebabkan oleh keekonomian lapangan dan ditambah tekanan pandemi Covid-19.

Menurutnya, faktor terberat untuk realisasi kinerja Pertamina adalah tingkat keekonomian karena tekanan harga minyak dan faktor-faktor lapangan yang sudah tua memberi pengaruh ke menurunnya investasi dan aktivitas usaha Pertamina.

Sementara itu, pandemi Covid-19 semakin membatasi dan mengurangi aktivitas operasional Pertamina.

“Pertamina itu kan sedikit banyak sekarang backbone produksi nasional, dengan makin banyaknya blok yang dialihkelolakan kepadanya. Pemerintah mestinya bisa lebih memberi dukungannya,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/1/2021).

Menurut Pri, dukungan tersebut diperlukan untuk di blok-blok strategis yang menjadi tulang punggung nasional seperti Blok Mahakam, Blok Cepu, Offshore North West Java, dan Offshore Southeast Sumatra.

“Aspek fiskal dan keekonomian dalam PSC [production sharing contract]-nya mungkin perlu di-review lagi dengan situasi yang ada,” jelasnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menuturkan bahwa jatuhnya harga minyak ditambah dengan penurunan permintaan karena pandemi Covid-19 membuat tekanan berat untuk kontraktor migas secara finansial.

Selain itu, restriksi pembatasan sosial berskala besar dan perjalanan luar kota dan luar negeri juga menunda berbaga kegiatan operasional walau dari sisi anggaran tersedia, eksekusi proyek pun menjadi terhambat, termasuk operasi perawatan, workover, dan kegiatan lain yang membantu menjaga tingkat produksi.

“Untuk tahun ini segalanya tergantung seberapa cepat kita pulih secara ekonomi, seberapa cepat distribusi vaksin sehingga bisa menekan angka infeksi, tapi saya yakin akan lebih baik dari 2020,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/1/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper