Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gapmmi : PMI Kuartal I/2021 Akan di Atas 50,0

Sebagian peritel modern telah melakukan kerja sama dengan produsen untuk mempersiapkan pasokan menghadapi Ramadan 2021.
Seorang konsumen sedang berbelanja di salah satu supermarket di Jakarta./Bisnis
Seorang konsumen sedang berbelanja di salah satu supermarket di Jakarta./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia diramalkan terus berada di atas level 50,0 selama kuartal I/2021. Hal tersebut diduga disebabkan oleh masa persiapan Ramadan 2021 yang jatuh pada April 2021.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyatakan bahwa sebagian peritel modern telah melakukan kerja sama dengan produsen untuk mempersiapkan pasokan menghadapi Ramadan 2021. Adapun, mobilitas masyarakat diprediksi kembali normal karena sudah terbiasa dengan protokol kesehatan.

"Banyak [konsumen] yang merasa yakin bisa mencegah penularan dengan protokol kesehatan. Lebaran nanti diperkirakan lebih ramai daripada biasanya karena ini akumulasi perayaan emosional yang tertahan. Sebagian supermarket, bahkan sudah mulai negosiasi dengan produsen untuk kirim barang mulai Januari 2021," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman kepada Bisnis, Senin (4/1/2021).

Menurutnya, industri makanan dan minuman (mamin) akan mulai meningkatkan kapasitas produksinya selama 3 bulan sebelum Ramadan. Dengan kata lain, pabrikan mamin akan meningkatkan kapasitas produksinya pada kuartal I/2021.

Adapun, kapasitas produksi industri mamin biasanya meningkat hingga 30 persen pada masa persiapan menghadapi Ramadan.

Adhi menilai hal tersebut akan menjaga angka PMI nasional tetap berada di atas level 50,0 sepanjang kuartal I/2021. “Dengan catatan tidak ada gejolak-gejolak baru, atau pandemi ini stabil, bahkan menurun," ucapnya.

Pandemi Covid-19 membuat pabrikan mamin gagal meningkatkan kapasitas produksinya menuju Ramadan 2020.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menyebut bahwa dari sisi suplai dapat diupayakan untuk perbaikan pada iklim usaha atau investasi yang signifikan, inbound investasi di industri manufaktur, kemudahan kredit usaha, dan lainnya.

Sementara itu, dari permintaan eksternal seperti peningkatan permintaan ekspor untuk produk manufaktur nasional. Pasalnya, jika faktor-faktor pendukung di atas tidak ada dan pabrikan hanya bergantung pada permintaan pasar domestik. Alhasil, kemungkinan ekspansi di industri manufaktur akan terjadi secara lambat atau peningkatannya tidak signifikan sepanjang 2021.

Apalagi, bila proses pengendalian pandemi dan normalisasi ekonomi berjalan lambat atau butuh waktu lebih dari tengah tahun ini sehingga akan lebih sulit mendongkraknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper