Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan meyakini kinerja ekspor pada 2021 dapat tumbuh lebih baik dibandingkan dengan 2020. Surplus neraca perdagangan pun diperkirakan akan kembali dinikmati Indonesia.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan bahwa kinerja ekspor akan didorong oleh perekonomian global pada 2021 yang diprediksi akan tumbuh positif karena memasuki masa pemulihan.
Mengutip World Economic Outlook yang dirilis International Monetary Fund (IMF) pada Oktober, Oke mengatakan perekonomian dunia bisa tumbuh 5,2 persen setelah diramal terkoreksi 4,4 persen pada 2020.
“Apalagi dengan dimulainya vaksinasi di sejumlah negara seperti Amerika Serikat yang akan menambah optimisme Covid-19 akan cepat diatasi sehingga kegiatan ekonomi dan perdagangan dapat terakselerasi,” kata Oke kepada Bisnis.com, Sabtu (26/12/2020).
Oke mengatakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik akan mendorong permintaan pada produk ekspor RI. Selain itu, pasar utama seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat pun telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lebih cepat. Ketiga negara tersebut tercatat berkontribusi sebesar 41,5 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia ke dunia selama Januari-November 2020.
Selain permintaan pada produk ekspor yang akan digenjot pemulihan ekonomi, harga sejumlah komoditas yang memiliki sumbangan besar pada ekspor pun diyakini akan meningkat. Oke mengatakan harga rata-rata internasional komoditas energi akan naik 9,3 persen secara tahunan dan komoditas nonenergi naik 1,7 persen.
Baca Juga
“Kenaikan harga energi akan kembali meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, terutama batu bara yang memiliki kontribusi relatif besar terhadap total ekspor,” lanjutnya.
Ekspor bahan bakar mineral RI memang terkoreksi akibat harga yang turun dan melemahnya permintaan. Data BPS menunjukkan ekspor bahan bakar mineral terkoreksi 25,32 persen sepanjang Januari-Oktober 2020 dengan nilai US$14,03 miliar dengan kontribusi pada total ekspor nonmigas sebesar 11,23 persen.
Permintaan pada produk ekspor RI yang membaik dan harga komoditas yang terjaga diyakini bakal kembali membawa neraca dagang ke posisi surplus. Meskipun impor disebut Oke akan perlahan pulih akibat peningkatan aktivitas industri, dia meyakini ekspor tetap akan tumbuh karena impor sebagian dilakukan untuk bahan baku tujuan ekspor.
“Secara historis defisit neraca perdagangan terjadi karena tingginya defisit sektor migas. Sementara nonmigas selalu surplus,” kata Oke.
Menteri Perdagangan 2019-2020 Agus Suparmanto sebelumnya menargetkan ekspor nonmigas Indonesia akan mencapai US$180 miliar pada 2021 yang didorong oleh perbaikan ekonomi global akibat terdistribusinya vaksin dan penanganan Covid-19 yang lebih baik.
Ekspor nonmigas RI sepanjang Januari-November 2020 sendiri terkoreksi 2,18 persen dari US$142,60 miliar pada tahun lalu menjadi US$139,49 miliar. Namun capaian ini telah melampaui target ekspor nonmigas yang direvisi pemerintah yang dipatok US$130 miliar untuk tahun ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun sebelumnya menyampaikan bahwa kinerja ekspor akan menjadi salah sumber pertumbuhan ekonomi RI hingga 4,8 persen sampai 5,8 persen pada 2021. Dia mengatakan kinerja ini akan didorong oleh pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama seperti China yang diperkirakan tumbuh 7,8 persen dan Amerika Serikat yang diprediksi naik 4,3 persen.