Bisnis.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memprediksi kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB melalui penerapan konsep travel bubble tidak signifikan.
Menurutnya, jika penerapan konsep tersebut sukses dilakukan, sumbangan sektor pariwisata terhadap PDB paling optimistis 2,1 persen atau separuh dari target awal pemerintah.
"Kalau sukses, kontribusi terhadap PDB tidak akan sampai 4,2 persen. Untuk skenario paling optimistis adalah setengahnya," ujar Maulana kepada Bisnis.com pada Jumat (25/12/2020).
Alasannya, lanjut Maulana, sektor pariwisata sangat bergantung kepada pergerakan manusia yang diprediksi masih sangat terbatas pada 2021, selama belum ada kepastian pandemi Covid-19 bisa dilumpuhkan.
Travel bubble adalah ketika dua atau lebih negara yang berhasil mengontrol atau menahan penyebaran virus corona sepakat untuk menciptakan sebuah gelembung atau koridor perjalanan
Maulana menambahkan persiapan Mandalika (Nusa Tenggara Barat) dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) sebagai salah dua destinasi wisata yang akan menerapkan konsep travel bubble belum diketahui secara penuh oleh pelaku usaha sektor hotel dan restoran.
Hal itu termasuk mengenai uji coba menyiapkan kedatangan turis asing mulai dari bandara hingga penataan hotel yang mesti disesuaikan dengan kebutuhan wisata pada masa Covid-19, seperti tempat karantina sebelum wisatawan dinyatakan boleh berwisata.
Meski demikian, travel bubble dinilai salah satu cara utama bagi industri pariwisata Tanah Air untuk menggerakkan perekonomian. terutama untuk destinasi yang benar-benar menggantungkan pemasukan kepada wisman.
Sebagai contoh, lanjut Maulana, total okupansi hotel di Bali 70 persen didominasi oleh wisman. Salah satu destinasi yang akan diterapkan konsep travel bubble yakni Labuan Bajo, juga dinilai sangat bergantung kepada kehadiran wisman.