Bisnis.com, JAKARTA - Waktu liburan natal dan tahun baru (Nataru) yang disunat memiliki dampak pada industri makanan dan minuman. Namun demikian, dampak yang diterima industri air minum dalam kemasan (AMDK) dinilai tidak terlalu besar.
Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menyatakan pabrikan AMDK nasional telah mengantisipasi hal tersebut. Alhasil, penumpukan persiapan produksi tidak akan menumpuk di gudang pabrikan, namun di jalur distribusi.
"Memang sesuai dengan yang kami prediksikan, akan ada perubahan force major yang tidak kami tahu. Waktu bikin perencanaan, kami pertimbangkan juga ada skenario bahwa wabah ini tidak bisa dikendalikan [pada akhir tahun]," ujar Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat kepada Bisnis, Selasa (22/12/2020).
Dengan demikian, Rachmat berujar pabrikan telah menyiapkan agar produksi persiapan Nataru tidak menumpuk di gudang industri. Adapun, lanjutnya, persiapan produksi Nataru akan disimpan di jalur distribusi masing-masing pabrikan.
Rachmat menyatakan pertumbuhan produksi pada kuartal IV/2020 secara tahunan masih akan tumbuh positif, namun di bawah 1 persen. Namun demikian, Rachmat optimistis realisasi pertumbuhan volume produksi tahun ini mencapai 1-2 persen.
Dengan kata lain, volume produksi industri AMDK pada 2020 akan berada di kisaran 29-30 miliar liter. Adapun Rachmat pada awal tahun meramalkan volume produksi 2020 dapat mencapai 5 persen atau menjadi sekitar 31 miliar liter.
Baca Juga
Rachmat berujar industri AMDK tidak tumbuh negatif akibat pemotongan libur Nataru karena momentum perbaikan permintaan industri AMDK nasional. Menurutnya, permintaan produk AMDK dalam segala ukuran mulai menunjukkan tren pertumbuhan sejak medio kuartal III/2020.
Rachmat sebelumnya mengatakan biasanya ada peningkatan konsumsi sekitar 10-15 persen pada libur Nataru. Seperti diketahui, bulan Ramadhan membuat adanya peningkatan konsumsi AMDK sekitar 20 persen setiap tahunnya.
Sementara itu, sejauh ini minuman galon yang memang mengambil porsi 69 persen dari AMDK masih menjadi penolong dalam kinerja secara industri. Utilisasinya pun tercatat di kisaran 80 persen.
"Kalau secara total utilisasi sekarang 60-70 persen, semoga tahun ini masih bisa tumbuh positif walaupun di angka 1-2 persen," ujar Rachmat.
Sebelumnya, besarnya pasar Ramadan dan Lebaran membuat industri FMCG, khususnya industri AMDK, menjadikan bulannya sebagai satu kuartal sendiri. Namun demikian, memuncaknya penyebaran Covid-19 pada Ramadhan 2020 membuat industri FMCG kehilangan permintaan sebesar satu kuartal.
Hal tersebut memukul utilisasi industri AMDK ke bawah level 50 persen pada April-Mei.
Adapun, Rachmat meramalkan volume produksi AMDK pada tahun ini masih akan stagnan cenderung tumbuh positif. Seperti diketahui, Aspadin sebelumnya meramalkan volume produksi pada 2020 berpotensi lebih rendah dari realisasi 2019 sebesar 29 miliar liter.