Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah akan terus menggenjot pengembangan energi baru terbarukan meski kondisi sistem kelistrikan PLN telah mengalami kelebihan pasok.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Harris mengakui bahwa kondisi kelistrikan saat ini mengalami kelebihan pasok karena adanya perlambatan kebutuhan listrik akibat pandemi Covid-19. Reserve margin atau cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak di sistem kelistrikan PLN bahkan sudah lebih dari 50 persen.
"Kondisi saat ini, dalam 5 tahun ke depan kita sebenarnya punya reserve margin itu sudah lebih dari 50 persen. Biasanya PLN membuat reserve margin itu 30 persen sehingga tantangannya menjadi sangat berat untuk melakukan penambahan kapasitas [pembangkit]," kata Harris dalam webinar Membangun Indonesia Lebih Hijau dan Tangguh Dalam Rangka Pemulihan Covid-19 Dengan Pembangunan Rendah Karbon, Senin (14/12/2020).
Meski demikian, pemerintah tidak akan menghentikan pengembangan pembangkit EBT.
Menurut Harris, masih ada ruang untuk penambahan kapasitas EBT untuk mencapai target porsi EBT dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025.
Salah satu strategi pengembangan EBT adalah pemerintah akan mendorong konsep pengembangan renewable energy based industrial (Rebid). Konsep ini menggunakan demand creation untuk mendukung pengembangan kawasan dan industri terpadu, menarik investasi, dan pengembangan ekonomi kawasan.
Baca Juga
Selain itu, akselerasi EBT juga didorong melalui program konversi 5.200 unit pembangkit diesel PLN dengan EBT dan konversi pembangkit-pembangkit batu bara PLN yang sudah habis masa beroperasinya.
Strategi lainnya, pemerintah akan mendorong PLTS dikembangkan secara lebih masif.
"Kami coba akselerasi PLTS. Ini masih sulit dikembangkan padahal PLTS punya keunggulan bisa dibangun dalam waktu cepat, investasi juga semakin murah, wilayah kita juga bisa mengembangkan ini secara maksimal," kata Harris.
Pengembangan PLTS secara masif dilakukan melalui tiga pendekatan. Pertama, melalui pengembangan PLTS skala besar dengan target penambahan kapasitas hingga 13.565 MW.
Beberapa program pengembangan PLTS skala besar yang direncanakan, antara lain PLTS di Nusa Tenggara Timur 2 GW, PLTS di Kalimantan Barat untuk 0,5—1 GW, PLTS terapung di Waduk Singkarak 0,5—1 GW, dan pembangunan PLTS di lahan-lahan bekas tambang.
Kedua, melalui substitusi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan PLTS. Kapasitasnya ditargetkan dapat mencapai 1.200 MW.
Ketiga, pengembangan PLTS atap secara masif. Tak hanya di pelanggan rumah tangga, pemerintah juga akan mendorong pemanfaatan PLTS atap di gedung-gedung pemerintahan dan fasilitas BUMN, serta memaksimalkan pemanfaatan PLTS atap di sektor industri dan komersial. Penambahan kapasitas PLTS atap diharapkan dapat mencapai 2.904 MW.