Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hingga Agustus, Penjualan Listrik PLN Masih Jauh dari Target

Secara nasional, saat ini permintaan listrik berkurang rata-rata 7 persen.
Petugas memasang kabel tegangan tinggi di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/3/2020)./Bisnis-Dedi Gunawan
Petugas memasang kabel tegangan tinggi di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/3/2020)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan listrik PT PLN (Persero) hingga Agustus 2020 masih jauh dari target.

Perseroan mencatat penjualan listrik pada Agustus 2020 mengalami penurunan sebesar 0,26 persen bila dibandingkan dengan Agustus 2019.

Secara kumulatif, realisasi penjualan listrik sepanjang Januari—Agustus 2020 tercatat mencapai 159 terawatt hour (TWh) atau hanya tumbuh sebesar 0,41 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun, realisasi hingga 8 bulan pertama tahun ini tersebut baru mencapai sekitar 62,3 persen dari target tahun ini yang dipatok sebesar 255 TWh.

Wakil Direktur PLN Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan permintaan listrik berkurang, terutama di wilayah Jawa, Madura, dan Bali.

"Di Jawa, Madura, dan Bali di mana 75 persen demand kami di sana, demand berkurang lebih 12 persen dan dalam satu titik bisa 15—16 persen," ujar Darmawan dalam sebuah webinar, Rabu (7/10/2020).

Secara nasional, katanya, saat ini permintaan berkurang rata-rata 7 persen. “Kalau bicara pendapatan kami yang mencapai sekitar US$20 miliar, pengurangan 7 persen itu banyak," katanya.

Pertumbuhan penjualan listrik di Jawa-Madura-Bali pada Agustus 2020 sebesar -2,11 persen, sedangkan daerah lain, seperti Sumatra-Kalimantan masih tumbuh positif sebesar 3,92 persen, dan Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara masih tumbuh sebesar 7,88 persen.

EVP Corporate Planning PLN Hot Martua Bakara menambahkan bahwa dalam merespons dampak Covid-19, perseroan mengategorikan proyek-proyek PLN dalam beberapa prioritas.

"Prioritas pertama, bangun proyek mandatori dan prioritas kedua adalah proyek yang memberikan IRR [internal rate of return] tinggi. [Ketiga], juga shifting dari supply driven ke demand driven. Kemudian, [keempat] juga stimulan untuk meningkatkan pendapatan dan prioritas kelima adalah optimasi pengiriman dan optimalisasi energi primer," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper