Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berkat Pengelolaan Mandiri, Sritex Tak Alami Kelangkaan Kontainer

Strategi penanganan logistik secara mandiri sudah menjadi antisipasi perseroan agar terlepas dari persoalan logistik.
Seorang karyawan tengah memeriksa mesin di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk./sritex.co.id
Seorang karyawan tengah memeriksa mesin di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk./sritex.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen tekstil dan produk tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex) mengakui saat ini perseroan tidak terdampak alias aman dari kondisi kelangkaan kontainer yang membuat sejumlah pergerakan arus impor dan ekspor barang tertunda.

Corporate Communications Sritex Joy Citra Dewi mengatakan hal itu dikarenakan perusahaan telah memiliki penanganan mandiri terkait logistik. Meski demkian, perseroan juga tak menyangkal adanya kondisi keriuhan logistik skala internasional saat ini.

"Saat ini memang terjadi bukan hanya di Indonesia yang terdampak tetapi secara global, kami sudah dengar setidaknya dalam enam bulan terakhir ini. Kalau kami handle sendiri dan masih aman," katanya kepada Bisnis, Minggu (13/12/2020).

Joy mengemukakan dengan pengelolaan logistik secara mandiri, upaya itu terbukti membuat perseroan tidak bergantung pada kontainer lain. Menurutnya, strategi penanganan logistik secara mandiri sudah menjadi antisipasi perseroan agar terlepas dari persoalan logistik.

Sejalan dengan kinerja logistik perseroan yang masih kondusif, Joy menyebut secara cyclical pada kuartal IV/2020 didorong dengan libur Natal dan Tahun Baru sehingga diproyeksi akan terjadi peningkatan baik dari sisi penjualan atau produksi.

"Kami expect untuk ada peningkatan. Memang tren setiap tahun begitu tetapi untuk data pastinya masih menunggu laporan kuartal IV/2020," ujarnya.

Sebelumnya, Corporate Secretary Sri Rejeki Isman Welly Salam mengatakan sebagai upaya untuk mendongkrak penjualan ekspor, perseroan memiliki target untuk melakukan ekspor alat pelindung diri atau APD setelah keran pengiriman pakaian medis tersebut dibuka oleh pemerintah.

Target pasar yang dibidik perseroan adalah Amerika dan Eropa dengan nilai yang belum bisa diperkirakan. Welly pun meyakini penjualan ekspor pada kuartal ketiga tahun ini akan bertumbuh dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun sebelumnya tercermin dari tanda-tanda pemulihan ekonomi.

Dia juga menjelaskan perseroan terus mengembangkan varian produk dengan memproduksi masker wajah pelindung dan baju pelindung di samping dengan menambah distribusi melalui toko online. Welly pun menegaskan hingga saat ini perseroan belum mendapati adanya pembatalan pesanan pembelian.

Dengan produksi itu, emiten berkode saham SRIL tersebut mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup stabil pada periode semester pertama tahun ini. SRIL membukukan pertumbuhan pendapatan dari penjualan domestik sebesar 8,18 persen secara year-on year menjadi US$275,59 juta sepanjang enam bulan pertama  tahun ini.

Di sisi lain, perseroan mengalami pertumbuhan negatif dari sisi penjualan ekspor. Lini ini tercatat turun sebesar 11,93 persen secara year-on-year menjadi US$332,64 juta. Penjualan ekspor sendiri masih mendominasi pendapatan perseroan yakni sebesar 54,69 persen dari total penjualan pada periode tersebut. 

“Beberapa strategi kami tahun ini dengan memastikan tidak ada jatuh tempo utang yang signifikan dalam waktu dekat, melakukan efisiensi, menjaga likuiditas yang mendapatkan dukungan dari fasilitas perbankan,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper