Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelangkaan Kontainer Bikin Pengusaha Angkat Tangan, Ini Alasannya

Kelangkaan kontainer dinilai sulit untuk dicari solusinya karena hampir seluruh dunia mengalami hal yang sama.
Foto udara kapal yang mengangkut kontainer di Pelabhuan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn
Foto udara kapal yang mengangkut kontainer di Pelabhuan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia National Ship Owners Association (INSA) menilai kondisi kelangkaan kontainer yang kini tengah dihadapi oleh eksportir dan industri pelayaran memang akan sulit untuk dicarikan solusinya karena dialami secara global. Jalur diplomasi sebagai solusi terakhir pun dinilai belum mampu dapat mengatasi persoalan ini.

Ketua INSA Surabaya Stenven H. Lesawengan mengatakan sejauh selama dua pekan terakhir ini telah dipanggil oleh sejumlah kementerian terkait dan Bank Indonesia untuk membahas persoalan ini. Situasi ini diprediksi akan terus berlanjut hingga April 2021 atau bahkan enam bulan ke depan secara global.

“Seluruh dunia memang mengalami bahkan di Amerika kontainer tidak terpakai akan digunakan lagi untuk dipakai. Selain itu tarif sewa kontainer yang semula leasing Rp15 juta sudah naik hingga lebih dari 6 kali lipat. Situasinya sudah tidak terkendali,” ujarnya, Jumat (11/12/2020).

Secara umum, kata dia, jika berbicara mengenai kekurangan kontainer ada tiga hal substansial yang selama ini terjadi di Surabaya. Pertama karena selama 20 tahun terakhir komposisi eksportasi dan importasi di Jawa Timur berbanding jauh yakni 30 persen dan 70 persen.

Setiap tahun kurang lebih melakukan repo 200.000-300.000 kontainer. Alhasil ketika aktivitas importasi menurun dibandingkan dengan eksportasi maka kondisi kekurangan kontainer tak terelakkan.

Kemudian pelayaran dari Surabaya cenderung tak akan melewati Singapura karena waktu menunggu yang cukup lama di Pelabuhan Singapura. Tarif penyimpanan di Singapura juga cukup tinggi sehingga jika menunggu terlalu lama dengan ratusan ribu kontainer malah akan menambah ongkos operasional.

Ketiga, dia masih menduga keberadaan kontainer paling banyak berada di atas kapal menunggu waiting time boarding atau merupakan kontainer yang statusnya penuh di pelabuhan. Hal ini tentu menjadi polemik luar biasa.

“Hampir saya katakan solusi kelangkaan kontainer ini no solutions. Saya sempat sampaikan ke Kemenkomarves kalau memang sampai harus masuk jalur diplomasi itu ya solusi terakhir G to G. Klaupun diplomasi dipilih juga nggak mempan karena situasinya semua negara,” tekannya.

Dia pun juga sempat berpikir untuk menggunakan kontainer lokal tetapi tentunya harus melalui sejumlah kerja sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper