OJK Efektif Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan dinilai berhasil meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di dalam negeri, sehingga memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dinilai berhasil dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di dalam negeri, sehingga memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Fakhrul Fulvian, Ekonom Universitas Indonesia, mengatakan bahwa program literasi dan inklusi keuangan OJK, seperti Laku Pandai dan Yuk Nabung Saham banyak menyentuh lapisan masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses.

Hal itu pun terlihat dari sejumlah indikator yang ada di berbagai instrumen investasi, seperti peningkatan jumlah investor dalam negeri yang membeli saham dan obligasi.

“Inklusi keuangan memang makin hari makin baik. Kalau bertahun-tahun lalu pasar modal Indonesia didominasi asing, belakangan itu tidak terjadi lagi karena sebenarnya inklusi keuangan secara gradual terjadi,” katanya dalam Forum Diskusi Salemba Policy Center ILUNI UI dengan tema ‘9 Tahun Peran OJK dalam Menjaga Inklusi Jasa Keuangan Indonesia’, Kamis (3/12/ 2020).

Menurutnya, sejak 2017 hingga saat ini porsi investor lokal di pasar modal naik hingga 61%. Bahkan, porsi kepemilikan saham oleh investor dalam negeri mencapai 56%.

Fakhrul menuturkan, literasi dan inklusi keuangan terbukti mampu mendorong peningkatan investor domestik di pasar saham, sehingga membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak lagi bergantung kepada investor asing.

“Dulu setiap investor asing keluar, Rupiah selalu melemah dan IHSG juga akan melemah. Namun, saat ini ini tidak lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan bahwa indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Mengutip survei OJK, dia menyebutkan, literasi keuangan Indonesia naik dari 21% pada 2013 menjadi 40% di tahun ini. Meski begitu, Eko menyebut, masih ada potensi untuk meningkatkan peran sektor jasa keuangan bagi perekonomian masih sangat besar.

“Ini masih membutuhkan perjuangan panjang, karena lebih dari setengah masyarakat Indonesia belum memahami sektor keuangan dengan benar. Banyaknya masyarakat yang belum terliterasi ini menjadi peluang bagi pelaku investasi bodong,” jelasnya.

Dari sisi produk, lanjutnya, literasi keuangan juga masih dipimpin oleh perbankan, yaitu naik dari 28,9% pada 2016 menjadi 36,12% di 2020, asuransi tumbuh dari 15,8% menjadi 19,40%, dan dana pensiun naik dari 10,9% menjadi 14,13%.

Kemudian, pasar modal naik dari 4,4% menjadi 4,92%, lembaga pembiayaan meningkat dari 13% menjadi 15,17%, pegadaian dari 17,8% menjadi 17,81%, serta lembaga keuangan mikro tumbuh dari nol menjadi 0,82%.

“Capaian inklusi keuangan sudah relatif lebih baik, yaitu lebih dari 75% masyarakat Indonesia telah terhubung dengan sektor keuangan. Ini sebuah capaian yang bagus, tetapi bicara dampaknya masih banyak tantangannya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper