Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan kaca lembaran ke pabrikan lokal oleh pasar global mulai membaik sejak medio kuartal III/2020. Namun, pertumbuhan permintaan yang terus menanjak ternyata tidak diikuti oleh kesiapan infrastruktur.
Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan masih belum dapat memproyeksikan realisasi produksi 2020. Pasalnya, saat ini parikan menghadapi dilema pemenuhan permintaan pasar global.
"Salah satu kendala besar adalah kekurangan kapal untuk ekspor, [sehingga parikan] agak ngerem untuk produksi," ujar Ketua Umum AKLP Yustinus Gunawan kepada Bisnis, Senin (30/11/2020).
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata performa ekspor kaca lembaran pada Januari-September 2020 masih minus 8,84 persen secara tahunan menjadi 146.086 ton. Namun, volume ekspor per kuartal III/2020 tumbuh 26,41 persen secara tahunan menjadi 73.742 ton.
Walaupun volume dan nilai ekspor kaca lembaran selama Maret-Juli 2020 konsisten tumbuh negatif, harga satuan kaca lembaran lokal di pasar ekspor konsisten tumbuh positif pada April-September 2020, kecuali Agustus 2020.
Adapun, pertumbuhan harga satuan kaca lembaran ekspor tertinggi terjadi pada April 2020 sebesar 12,76 persen atau menjadi US$2,56 per Kilogram. Secara rata-rata, harga satuan kaca lembaran lokal di pasar lokal telah tumbuh 5,57 persen dengan harga satuan tertinggi pada Juli 2020 yanki US$2,71 per Kilogram.
Baca Juga
Sebelumnya, Yustinus menyatakan utilisasi industri kaca lembaran telah naik ke posisi 57,5 persen pada akhir kuartal III/2020. Hingga akhir tahun, utilisasi rata-rata pabrikan akan berada di kisaran 60 persen.
Adapun, proyeksi tersebut dengan mempertimbangkan bahwa tidak ada investasi baru dan volume tenaga kerja tidak berubah. Dengan demikian, Yustinus sebelumnya meramalkan volume produksi sepanjang 2020 akan terkoreksi 13 persen secara tahunan menjadi sekitar 1,08 juta ton.
Di sisi lain, Yustinus optimistis utilisasi industri kaca lembaran akan kembali ke utilisasi pra-pandemi di kisaran 69 persen. Menurutnya, salah satu pendorong pertumbuhan pada 2021 adalah pertumbuhan sektor properti.
"Pertumbuhan sektor properti mencapai 20-30 persen, mudah-mudahan demikian juga untuk permintaan kaca yang dipasok oleh produk dalam negeri. Jangan sampai [pertumbuhan sektor properti 2020] kecolongan oleh kaca impor," ucapnya.
Oleh karena itu, Yustinus mengusulkan agar diterbitkannya aturan pelabuhan khusus kaca lembaran impor. Dia menyarankan agar pelabuhan khusus tersebut berlokasi di Pelabuhan Dumai dan Bitung.
Yustinus mencatat alokasi produksi untuk pasar domestik masih mendominasi sekitar 65-70 persen dari total produksi. Menurutnya, kunci pemulihan utilisasi industri kaca adalah pemanfaatan aset dan pasar lokal.