Bisnis.com, JAKARTA - Anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 yang ditetapkan sebesar Rp356,5 triliun dinilai tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Jumlah tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan anggaran program PEN 2020 yang sebesar Rp695,2 triliun.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani memperkirakan kinerja seluruh sektor ekonomi nasional masih belum akan kembali ke level normal sebelum pandemi Covid-19 pada 2021, sehingga dukungan stimulus dari pemerintah masih sangat dibutuhkan.
"[Anggaran] PEN 2021 ada pemotongan sebesar lebih dari 50 persen pada komponen UMKM dan insentif usaha, akan mempengaruhi pemulihan ekonomi di 2021," katanya, Kamis (26/11/2020).
Menurutnya, anggaran program PEN yang lebih yang lebih kecil pada 2021 tidak akan cukup mendorong, baik pada sisi penawaran maupun permintaan. Sehingga, di khawatirkan juga keyakinan konsumen belum akan pulih pada tahun depan.
"Khususnya jika pengendalian Covid-19 juga berjalan lambat. Meski vaksin sudah ditemukan, tidak bisa meningkatkan keyakinan konsumen," ujarnya.
Baca Juga
Selain itu, Shinta mengatakan, Indonesia juga menghadapi tantangan yang besar pada 2021, sejalan dengan angka pengangguran yang meningkat tinggi akibat dari pandemi Covid-19.
Pemerintah mencatat angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2020 bertambah sebanyak 2,67 juta orang menjadi 9,77 juta orang.
Jumlah tersebut menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) melonjak menjadi 7,07 persen, dari 5,23 persen pada Agustus 2019.
Shinta memperkirakan, untuk bisa mengembalikan kinerja ekonomi ke level sebelum pandemi, Indonesia harus bisa menciptakan minimal 3 juta lapangan kerja agar konsumsi masyarakat dan keyakinan konsumen dapat kembali normal.
"Sehingga demikian konsumsi domestik bisa menjadi penggerak utama untuk pertumbuhan ekonomi nasional untuk bisa pulih ke level sebelum pandemi," jelasnya.