Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anggaran PEN Dipangkas, Pengusaha Cemas Pemulihan Ekonomi 2021 Berjalan Lambat

Program PEN yang lebih yang lebih kecil pada 2021 tidak akan cukup mendorong, baik pada sisi penawaran maupun permintaan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani (kedua kanan) bersama dengan Sekretaris Umum Eddy Hussy (kiri) dan Wakil Ketua Umum Shinta Widjaja Kamdani (kanan) saat Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakerkonas) APINDO 2020 yang dilakukan secara virtual di Jakarta, Rabu (12/8/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani (kedua kanan) bersama dengan Sekretaris Umum Eddy Hussy (kiri) dan Wakil Ketua Umum Shinta Widjaja Kamdani (kanan) saat Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakerkonas) APINDO 2020 yang dilakukan secara virtual di Jakarta, Rabu (12/8/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 yang ditetapkan sebesar Rp356,5 triliun dinilai tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan anggaran program PEN 2020 yang sebesar Rp695,2 triliun.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani memperkirakan kinerja seluruh sektor ekonomi nasional masih belum akan kembali ke level normal sebelum pandemi Covid-19 pada 2021, sehingga dukungan stimulus dari pemerintah masih sangat dibutuhkan.

"[Anggaran] PEN 2021 ada pemotongan sebesar lebih dari 50 persen pada komponen UMKM dan insentif usaha, akan mempengaruhi pemulihan ekonomi di 2021," katanya, Kamis (26/11/2020).

Menurutnya, anggaran program PEN yang lebih yang lebih kecil pada 2021 tidak akan cukup mendorong, baik pada sisi penawaran maupun permintaan. Sehingga, di khawatirkan juga keyakinan konsumen belum akan pulih pada tahun depan.

"Khususnya jika pengendalian Covid-19 juga berjalan lambat. Meski vaksin sudah ditemukan, tidak bisa meningkatkan keyakinan konsumen," ujarnya.

Selain itu, Shinta mengatakan, Indonesia juga menghadapi tantangan yang besar pada 2021, sejalan dengan angka pengangguran yang meningkat tinggi akibat dari pandemi Covid-19.

Pemerintah mencatat angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2020 bertambah sebanyak 2,67 juta orang menjadi 9,77 juta orang.

Jumlah tersebut menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) melonjak menjadi 7,07 persen, dari 5,23 persen pada Agustus 2019.

Shinta memperkirakan, untuk bisa mengembalikan kinerja ekonomi ke level sebelum pandemi, Indonesia harus bisa menciptakan minimal 3 juta lapangan kerja agar konsumsi masyarakat dan keyakinan konsumen dapat kembali normal.

"Sehingga demikian konsumsi domestik bisa menjadi penggerak utama untuk pertumbuhan ekonomi nasional untuk bisa pulih ke level sebelum pandemi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper