Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lonjakan Kasus di Jepang, Bar di Tokyo Tutup Lebih Awal

Perusahaan yang menyajikan alkohol akan diminta untuk tutup pada pukul 10 malam selama 20 hari mulai Sabtu pekan ini.
Kafe yang buka di salah satu sudut kota Tokyo/Bloomberg
Kafe yang buka di salah satu sudut kota Tokyo/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Menyusul lonjakan kasus terbaru di Tokyo, pemerintah setempat berencana mengimbau warga menghindari perjalanan kurang penting dan memerintahkan bar serta restoran untuk tutup lebih awal.

Dilansir Bloomberg, Rabu (25/11/2020), langkah itu akan diumumkan oleh Gubernur Yuriko Koike malam ini dan mewakili beberapa langkah ketat yang diambil pemerintah kota untuk memerangi pandemi sejak berada dalam keadaan darurat pada musim semi.

Tokyo mencatatkan 401 infeksi virus Corona baru dalam satu hari, sementara kasus Covid-19 yang serius meningkat menjadi 54.

Perusahaan yang menyajikan alkohol akan diminta untuk tutup pada pukul 10 malam selama 20 hari mulai Sabtu pekan ini. Otoritas Jepang memiliki kekuatan terbatas untuk memerintahkan penutupan, meskipun langkah itu diberlakukan pada masa awal pandemi karena infeksi saat itu masih tinggi.

Kasus serius, yang didefinisikan sebagai kasus pada ventilator atau mesin ECMO, melonjak 24 persen kemarin. Rata-rata tujuh hari kasus virus Corona di Tokyo telah meningkat lebih dari dua kali lipat selama dua minggu dan melampaui 400.

Minggu lalu, Koike mengatakan jumlah kasus yang parah adalah garis merah yang akan memacu tindakan lebih lanjut.

"Mempertahankan jumlah kasus yang parah adalah hal yang paling penting, garis merah," kata Koike dalam briefing minggu lalu.

Ibu kota dan prefektur tetangganya menyumbang sekitar sepertiga dari produk domestik bruto Jepang. Pembatasan apa pun pada bisnis atau pergerakan akan berdampak besar pada perekonomian. Pihak berwenang enggan mengambil langkah lebih tegas karena khawatir mendorong Jepang kembali ke resesi.

Dorongan untuk tetap membuka ekonomi juga datang dari pelaku bisnis bar dan restoran yang biasanya menuai untung di akhir tahun karena penyelenggaraan acara tutup tahun bertajuk "bonenkai" oleh kantor-kantor.

Namun terlepas dari keberhasilan Jepang dalam memerangi pandemi, sebagian besar perusahaan menahan diri untuk tidak menggelar acara semacam itu tahun ini. Hampir 90 persen dari lebih dari 8.000 perusahaan yang disurvei oleh Tokyo Shoko Research mengatakan mereka tidak berencana mengadakan acara semacam itu.

Baik Tokyo maupun otoritas nasional telah meminta warga untuk lebih berhati-hati saat makan. Koike memperkenalkan pedoman minggu lalu yang menyerukan masyarakat untuk berkumpul dalam jumlah kecil, makan cepat tanpa mengobrol saat berkumpul.

Sementara itu, Perdana Menteri Yoshihide Suga meminta orang-orang untuk terus mengenakan masker saat berbicara selama makan.

Pemerintah metropolitan berencana untuk menawarkan dukungan keuangan sebesar 20.000 yen (US$191) per hari untuk toko-toko yang mengikuti permintaan tersebut.

Sementara itu, Tokyo hanyalah salah satu dari beberapa wilayah metropolitan di Jepang yang berjuang melawan lonjakan infeksi terbaru. Pulau utara Hokkaido sudah meminta orang-orang untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu di luar ruangan, dan Osaka mengurangi jam buka restoran.

Kampanye populer untuk memacu perjalanan domestik, yang oleh sebagian orang dituding menyebarkan infeksi, juga sebagian ditangguhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper