Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan efek penurunan harga gas berdampak positif bagi kinerja pabrikan selama pandemi. Namun demikian, dampak yang terjadi dinilai maksimal.
Ketua Umum AKLP Yustinus Gunawan mengatakan dampak penurunan harga gas belum maksimum lantaran tidak semua pabrikan kaca di Pulau Jawa Bagian Timur mendapatkan harga US$6 per mmBTU. Selain itu, harga tersebut hanya dikenakan pada separuh dari volume yang ditentukan.
"Harga US$6 per mmBTU hanya sebagian terhadap volume pemakaian oleh pengguna. Volume ini juga lebih kecil daripada volume yang diamanatkan di Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 89/2020," ucapnya kepada Bisnis, Senin (23/11/2020).
Seperti diketahui, Kepmen ESDM No. 89/2020 mengamanatkan adanya penurunan harga gas ke level US$6 per mmBTU pada medio 2020. Adapun, harga gas di Jawa Barat sebelum Kepmen tersebut berada di level US$9,1/mmBTU, sedangkan harga gas di Jawa TImur mencapai US$7,89/mmBTU.
Yustinus mendata utilisasi industri kaca lembaran telah tumbuh 230 basis poin (bps)dari realisasi kuartal II/2020 ke posisi 57,5 persen pada kuartal III/2020. Adapun, angka tersebut akan naik ke level 60 persen pada kuartal IV/2020.
"Ini perkiraan [kuartal IV/2020] kami buat pada pertengahan September. Cukup optimis pada saat tersebut karena harga gas [yang sudah di level] US$6 per mmBTU menaikkan daya saing dan permintaan ekspor mulai naik," katanya.
Baca Juga
Adapun, proyeksi yang dilakukan AKLP dengan asumsi bahwa tidak akan ada penambahan tenaga kerja maupun investasi hingga akhir tahun. Dengan kata lain, proyeksi tersebut dibentuk tanpa memasukkan unsur pengesahan UU Cipta Kerja.
Di samping itu, utilisasi industri kaca lembaran baru diharapkan akan kembali ke posisi prapandemi pada akhir 2021. Dengan kata lain, pabrikan menargetkan rata-rata utilisasi pabrikan tahun depan naik sekitar 500 bps ke level 69 persen.