Bisnis.com, JAKARTA - Surplus transaksi berjalan pada kuartal III/2020 akan mendukung stabilitas eksternal Indonesia. Kondisi ini juga diperkirakan akan kembali berlanjut di kuartal IV/2020.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat neraca barang dapat berlanjut surplus di kuartal IV/2020. Sementara itu, neraca jasa akan tetap defisit.
"Walaupun tanda-tanda perbaikan ekonomi telah terlihat beberapa bisnis masih akan menunda investasi dan aktivitas produksi di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung," ujarnya, Jumat (20/11/2020).
Alhasil, permintaan impor barang akan rendah. Sejalan dengan itu, ekspor yang terus tumbuh akan ditopang oleh pemulihan ekonomi global.
Defisit pendapatan primer diperkirakan akan menyempit pada akhir tahun ini dan pendapatan sekunder akan mengalami surplus yang tidak jauh berbeda.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan transaksi berjalan pada kuartal IV/2020 akan mencetak surplus tipis," kata Faisal.
Baca Juga
Bank Mandiri memperkirakan defisit transaksi berjalan akan berada di bawah perkiraan awal sebesar -1,49 persen pada keseluruhan tahun ini.
"Diperkirakan bergerak di kisaran 0,51 persen - 0,32 persen dari PDB," ujarnya.
Adapun, tahun depan, Faisal memproyeksikan defisit transaksi berjalan akan naik menjadi 2,40 persen terhadap PDB.
Neraca pembayaran Indonesia diyakini akan berlanjut surplus pada kuartal IV/2020 seiring dengan kuatnya aliran modal ke aset keuangan Indonesia di tengah berkurangnya tekanan global yang dipicu oleh injeksi likuiditas dari pelonggaran kebijakan moneter global dan imbal hasil aset keuangan domestik yang atraktif.
Faisal juga yakin aliran investasi langsung akan tumbuh ditopang oleh implementasi Omnibus Law dan perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) sejalan dengan kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia yang akomodatif.
Menurutnya, kondisi ini akan menopang neraca pembayaran, cadangan devisa serta stabilitas nilai tukar rupiah. Bank Mandiri memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp14.296 per dolar AS pada akhir 2020.
Rupiah diprediksi akan terapresiasi pada tahun 2021 dan berada di kisaran Rp14.177 per dolar AS pada akhir tahun depan.
"Karena kami berharap adanya aliran modal yang besar ke surat utang dan saham dalam negeri, serta penanaman modal asing [PMA]."