Bisnis.com, JAKARTA — Sunindo Adipersada bersiap meningkatkan output dan memperluas jaringan ekspor di Amerika Serikat (AS). Perseroan pun melihat sejumlah peluang dari perang dagang dan terpilihnya Joe Biden sebagai orang nomer satu di Negeri Paman Sam pada periode 4 tahun mendatang.
CEO PT Sunindo Adipersada Tbk. Iwan Tirtha mengatakan perseroan tidak merasa khawatir bersaing dengan produk China di luar Amerika Serikat, seperti Eropa maupun Asia. Menurutnya, produk ekspor Sunindo sudah dikenal sebagai produk dengan kualitas tinggi dengan desain realistis sehingga tidak perlu khawatir ada penurunan pasar dari market yang kemungkinan dibidik oleh China.
"Secara kualitas, produk-produk kami memiliki kualitas dan desain yang lebih baik dan sangat bersaing dengan produk dari China," katanya melalui siaran pers, Kamis (19/11/2020).
Iwan mengemukakan sejak pertengahan tahun ini sampai dengan sekarang, Sunindo bahkan menerima banyak klien dari Amerika yang sudah mulai melakukan penjajakan dan dalam waktu dekat dan berpotensi melakukan pemesanan pada perseroan.
Adapun sejumlah kesiapan perseroan dalam persaingan global, yakni standarisasi dan kepemilikan sertifikasi yang lengkap untuk memasuki pangsa pasar di Amerika, di antaranya seperti ICTI, NBCU, PA, dan ASTM.
Perseroan juga sudah melakukan ekspor karena memiliki jaringan yang cukup kuat di Amerika atau sekitar 30 persen dari nilai penjualan perseroan berasal dari Amerika Serikat dan Kanada.
Baca Juga
Perseroan pun meyakini proyeksi akan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dinilai masih akan terus berlangsung. Namun, yang membedakan Joe Biden dengan pendahulunya adalah penerapan kebijakan yang lebih konsisten. Hal ini yang diharapkan oleh para pelaku bisnis untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara Amerika Serikat tersebut.
Bagi perseroan perang dagang yang sudah terjadi antara Amerika Serikat dan China sejak 2018 ini membuka peluang pasar yang besar di industri mainan anak-anak. Berdasarkan data riset Kedutaan Besar Indonesia di Amerika Serikat, China menguasai pasar mainan anak-anak sebesar US$26,7 miliar, sementara Indonesia baru US$280 juta. Artinya, ada peluang pasar yang bisa diperebutkan 95 kali lebih besar.
Perseroan menilai Indonesia sebenarnya merupakan negara dengan basis untuk produksi mainan anak-anak yang kuat. Sebelum China menguasai pasar, Indonesia sudah terlebih dahulu mengembangkan basis produksinya sehingga dari kesiapan infrastruktur dan skilled labour, Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan negara-negara penghasil mainan anak-anak lainnya.
Hal ini disebabkan oleh karena dari awal tahun 1990-an basis produksi ini sudah dipindahkan dari negara Barat ke Jepang atau Korea dan lalu mulai dikembangkan ke Indonesia. Sementara basis produksi di negara China baru mulai di kembangkan di sekitar tahun 2000-an.