Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Domesik Belum Pulih, Kontraksi Impor Bisa Lanjut hingga Akhir 2020

Permintaan domestik yang masih lemah meski ada perkembangan positif terkait vaksin Covid-19 dan dunia usaha mulai kembali beraktivitas seiring dengan pelonggaran penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja impor diperkirakan masih akan tertekan hingga akhir tahun ini jika dibandingkan dengan ekspor yang mulai menunjukkan perbaikan.

Menurut Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, hal ini dikarenakan permintaan domestik yang masih lemah meski ada perkembangan positif terkait vaksin Covid-19 dan dunia usaha mulai kembali beraktivitas seiring dengan pelonggaran penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Beberapa pelaku usaha masih akan menunda sebagian investasi dan produksinya, dan sebagian orang masih rela menerapkan pembatasan sosial yang lebih ketat, setidaknya sampai vaksin didistribusikan secara luas," katanya, Senin (16/11/2020).

Di sisi lain, Faisal mengatakan permintaan ekspor Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang signifikan karena didukung oleh pelonggaran lockdown global sehingga mendorong pemulihan ekonomi, tercermin juga dari harga komoditas yang menunjukkan tren meningkat.

Namun demikian, dia menilai, kinerja ekspor masih memiliki risiko ke depan, terutama karena kasus Covid-19 yang kembali meningkat di Amerika Serikat dan Eurozone sehingga bisa menghambat laju pemulihan global.

Namun demikian, impor yang masih sangat tertekan dan ekspor yang membaik ini mendukung surplus perdagangan.

"Dalam kondisi surplus perdagangan, defisit transaksi berjalan [current account deficit/CAD] akan menyusut sehingga memberikan katalis positif bagi keseluruhan neraca pembayaran [balance of payment/BoP]," katanya.

Faisal memperkirakan CAD pada tahun ni akan menyusut hingga pada kisaran -0,32 persen dari PDB, lebih rendah dari tahun 2019 sebesar -2,72 persen dari PDB.

Adapun, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan pada Oktober 2020 mengalami surplus sebesar US$3,61 miliar, lebih tinggi dari sebelumnya US$2,44 miliar pada September 2020.

Sebagai rincian, ekspor pada Oktober 2020 mencapai US$14,39 miliar atau naik 3,09 persen dari bulan lalu. Namun, jika dibandingkan tahun lalu, ekspor masih turun -3,29 persen dari US$14,88 miliar periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, impor pada periode yang sama tercatat sebesar US$10,78 miliar, turun 6,79 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Secara tahunan, impor turun 26,93 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper