Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) akan lebih banyak melakukan kegiatan eksplorasi di area-area yang berisiko tinggi.
Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis John Simamora mengatakan bahwa area berisiko tinggi tersebut berada di tengah laut atau offshore. Upaya tersebut dilakukan guna meningkatkan sumber daya ke depannya.
"Seberapa besaran magnitude-nya kami masih dalam penilaian," katanya dalam webinar yang digelar Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas, dan Panas Bumi Indonesia (Apmi), Kamis, (12/11/2020).
Dia mengatakan bahwa Pertamina memiliki rencana jangka panjang untuk meningkatkan produksi. Rencana jangka panjang itu telah ditetapkan sebelum pemerintah menetapkan target lifting minyak 1 juta barel per hari pada 2030.
Untuk itu, selain kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru, kegiatan pengeboran akan terus digenjot. Namun, pada era industri migas saat ini, seluruh kegiatan harus bisa dikerjakan dengan lebih efisien.
Pasalnya, John menilai harga minyak dunia pada era sekarang akan sulit untuk menyentuh harga yang baik yakni pada level US$65 per barel atau hingga US$100 per barel.
Baca Juga
"Jadi, kalau tidak efisien kita tidak mau lagi. Kita sangat konsen dengan efisiensi," ungkapnya.