Bisnis.com, JAKARTA – China akan muncul sebagai pasar investasi real estat komersial terbesar di Asia Pasifik dalam satu dekade, menurut penyedia layanan properti global CBRE (Coldwell Banker Richard Ellis).
CBRE menyebutkan bahwa volume transaksi tahunan akan lebih dari dua kali lipat dari level saat ini untuk mencapai sekitar 650 miliar yuan (Rp1,37 kuadriliun) per tahun.
Pada 2030, nilai total real estat komersial yang dapat diinvestasikan di China akan meningkat menjadi sekitar 80 triliun yuan, dengan berbagai tren pasar investasi baru.
Ini termasuk integrasi yang lebih besar antara real estat dan sektor finansial, munculnya kota-kota lapis satu yang baru, pertumbuhan aset real estat alternatif dan peluang yang dihasilkan dari pembaruan perkotaan yang dipercepat, menurut laporan CBRE.
"Ukuran pasar investasi real estat komersial suatu negara berkorelasi erat dengan kecepatan pembangunan dan PDB," kata Sam Xie, Kepala Riset CBRE China.
"Dengan industri jasa yang akan meningkatkan kontribusinya terhadap ekonomi dan PDB per kapita pada tahun-tahun mendatang, CBRE memprediksi China menjadi pasar investasi real estat komersial terbesar di Asia Pasifik pada 2030."
Baca Juga
CBRE menyatakan pada 2019 volume investasi real estat komersial China hanya menyumbang 0,2 persen dari PDB, dibandingkan dengan antara 1,6 dan 2,3 persen di Eropa dan AS.
Era baru pengembangan real estat komersial pada masa depan ditandai dengan keberlanjutan, inovasi teknologi, dan tempat kerja yang fleksibel, disertai dengan kemunculan kota-kota tingkat satu baru dan kelas aset alternatif, akan menciptakan peluang baru yang signifikan untuk investasi.
CBRE memperkirakan pada 2030, Hangzhou, Nanjing, Suzhou, Chengdu, dan Wuhan, dengan prospek pertumbuhan terkuat seperti yang ditunjukkan oleh data PDB dan PDB per kapita mereka, akan muncul sebagai kota tingkat satu.
Sementara itu, investasi di sektor alternatif akan meningkat pesat selama dekade berikutnya, didukung oleh perubahan pola konsumsi dan adopsi teknologi baru.