Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 pada Kamis, 5 November 2020, pukul 11.00 WIB.
Ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini dipastikan akan memasuki fase resesi karena secara dua kuartal berturut-turut mencatat pertumbuhan negatif.
Pada 2 November 2020 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi 3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sebelumnya, pada kuartal II/2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32 persen yoy. Meski masih terkontraksi dalam pada kuartal ketiga, Presiden Jokowi mengatakan tren pertumbuhan ekonomi ini justru membaik.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan ekonomi kuartal III/2020 akan tercatat minus 3,09 persen yoy.
Menurutnya, salah satu sektor yang memegang porsi terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yaitu konsumsi rumah tangga, masih akan terkontraksi dalam karena daya beli yang tertekan akibat pandemi Covid-19, sebaliknya ekonomi akan lebih terdorong oleh sektor konsumsi pemerintah.
Baca Juga
"Triwulan III diproyeksikan hampir semua sektor negatif, kecuali konsumsi pemerintah," katanya kepada Bisnis, Selasa (4/11/2020).
Senada, Danareksa Research Institute memperkirakan ekonmi Indonesia kuartal III akan terkontraksi pada kisaran -2,48 persen, pendorong utama yaitu pengeluaran pemerintah, khususnya yang terkait dengan belanja program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Chief Economist Danareksa Research Institute Moekti P. Soejachmoen mengatakan konsumsi rumah tangga pada kuartal III akan tumbuh positif 0,85 persen jika dibandingkan dengan kuartal II. Namun jika dibandingkan secara tahunan, konsumsi rumah tangga masih akan terkontraksi -9,64 persen yoy.
Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi diproyeksikan tumbuh 14,88 persen secara kuartalan. Secara tahunan, masih terkontraksi -24,90 persen yoy. Lebih lanjut, pertumbuhan ekspor dan impor juga diperkirakan belum membaik secara signifikan.
"Pemulihan ekonomi akan bergantung pada keyakinan masyarakat untuk kembali beraktivitas seperti sebelum pandemi, ketersediaan vaksin Covid-19 yang aman, dan implementasi program PEN yang efektif," kata Moekti.
Di sisi lain, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi memprediksi kontraksi ekonomi pada kuartal III akan lebih dalam dari proyeksi pemerintah.
"IKS memperkirakan angka tahunan [yoy] pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 3/2020 sebesar -4,5 persen," katanya.
Namun secara kuartalan, Eric mengatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh positif pada kisaran 4 persen. Pertumbuhan ini menurutnya terutama disebabkan oleh pembukaan kembali sektor-sektor perekonomian secara bertahap pada periode tersebut.