Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terlihat semakin realistis dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020.
Baca Juga
Presiden Joko Widodo akhirnya merilis perkiraan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga ini.
“Perkiraan kita [pertumbuhan ekonomi] di angka minus 3 persen,” katanya di Istana Negara, Senin (2/11/2020).
Konsumsi rumah tangga dan investasi akan menjadi penyebab utama ekonomi kembali terkontraksi. Rumah tangga diperkirakan minus 4 persen dan investasi 6 persen.
Dengan demikian Indonesia telah dua kali mencatat pertumbuhan ekonomi terkoreksi negatif. Pada kuartal II, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.
Kendati demikian Presiden Jokowi menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III dalam tren positif karena lebih baik dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Selain itu Presiden juga mengklaim bahwa kondisi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara lain.
“Dan ini memang kalau dibanding negara lain jauh lebih baik, tapi ini patut kita berikan tekanan untuk kuartal keempat,” jelasnya.
Pernyataan Kepala Negara semakin tinggi dari proyeksi sebelumnya. Awalnya, Kementerian Keuangan memperkirakan produk domestik bruto (PDB) terkontraksi antara minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 yang minus 2,9 persen - minus 1,0 persen.
“Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal keempat,” katanya akhir September lalu.
Dia menjelaskan dari sisi permintaan di kuartal III/2020 konsumsi rumah tangga masih diperkirakan pada zona kontraksi yaitu minus 3 persen hingga minus 1,5 persen dengan total outlook 2020 konsumsi kita berarti pada kisaran kontraksi minus 2,1 persen hingga minus 1 persen.
“Untuk konsumsi pemerintah di Kuartal ketiga karena akselerasi belanja yang luar biasa mengalami positif sangat tinggi hingga 17 persen,” katanya.
Adapun, peningkatan kinerja konsumsi pemerintah tersebut didorong oleh kebijakan belanja atau ekspansi sebagai cara untuk counter cyclical.
Investasi sedikit lebih baik, kendati masih lemah. Hal ini tercermin dari indikator aktivitas bangunan, impor barang modal dan penjualan kendaraan niaga.
“Perbaikan aktivitas ekonomi masih tertahan membuat investasi masih wait and see,” ucapnya.