Bisnis.com, JAKARTA - Freeport-McMoRan Inc., salah satu pemegang saham PT Freeport Indonesia (PTFI), menyebutkan bahwa saat ini tengah dipertimbangkan usulan penambahan kapasitas smelter tembaga yang sudah ada (existing) di Gresik sebesar 30 persen. Usulan ini sebagai alternatif pengganti pembangunan smelter baru yang dinilai tidak ekonomis.
Menanggapi hal ini, Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama tidak membenarkan maupun membantah terkait usulan rencana ekspansi tersebut.
Dia hanya menegaskan bahwa kelanjutan pembangunan smelter baru masih dalam kajian. Pihaknya kini tengah menantikan keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk permohonan penundaan pembangunan smelter baru karena terkendala pandemi Covid-19.
"Kami menunggu permohonan pengajuan penundaan selama 12 bulan dari ESDM dan statusnya masih dalam kajian," kata Riza ketika dihubungi Bisnis, Senin (26/10/2020).
Saat ini, Freeport tengah membangun smelter baru di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur dengan total kapasitas input sebesar 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Sampai dengan September 2020, kemajuan pembangunan smelter baru mencapai 5,86 persen dan ditargetkan beroperasi pada 2023.
Pada conference call kinerja Freeport-McMoRan kuartal III/2020, Kamis (22/10/2020) malam, President & CEO Freeport-McMoRan Inc., Richard C. Adkerson mengungkapkan bahwa diskusi tentang kelanjutan pembangunan proyek senilai US$3 miliar itu dengan pemerintah Indonesia masih berjalan dan alternatif lain pembangunan smelter baru tengah dikaji.
Baca Juga
"Jadi alternatifnya, memperluas smelter Gresik yang sudah ada dan menambahkan sebuah precious metal refinery (PMR) di dalamnya, daripada membangun smelter baru," ujar Adkerson.
Freeport telah membangun fasilitas smelter tembaga di Gresik yang kini dikelola oleh PT Smelting-Gresik. Kapasitas inputnya saat ini mencapai sekitar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan menghasilkan produk utama katoda tembaga sebesar 300.000 ton per tahun. Fasilitas smelter tersebut memurnikan kurang lebih 40 persen dari produksi konsentrat tembaga PTFI.
Menurutnya, opsi ekspansi akan sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Freeport tidak akan terbebani untuk membangun kontruksi smelter baru yang besar. Sedangkan pemerintah akan memperoleh manfaat finansial yang positif, terlebih di tengah situasi keuangan yang menantang karena pandemi Covid-19.
Dia mengungkapkan bahwa negosiasi untuk membangun smelter baru dilakukan bertahun-tahun karena proyek tersebut tidak ekonomis bagi semua pihak. Namun akhirnya, kesepakatan dicapai pada 2018 dan Freeport harus berkomitmen untuk membangun smelter.