Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Jepang mengalokasikan sebesar US$653 juta untuk mendorong perusahaannya beralih dari China, baik ke dalam negeri ataupun negara lain. Dari 87 yang akan dipindah, 30 di antaranya diperkirakan akan menyasar negara Asean.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa dilihat dari sisi sejarah Jepang merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia. Hubungan kerja sama juga terjalin cukup panjang.
“Apabila ada pergeseran investasi dari Jepang ke China, itu memang betul. Tapi kalau dilihat dari jumlah proyek investasi, Jepang masih lebih banyak,” katanya saat dihubungi, Rabu (21/10/2020).
Yusuf menjelaskan bahwa melihat kondisi tersebut, peluang Indonesia untuk menarik investor Jepang masih sangat besar. Terlebih Negeri Sakura sudah tahu pasar Indonesia.
Dilihat dari sektornya, Tanah Air masih diunggulkan di sektor sekunder seperti manufaktur khususnya makanan-minuman dan otomotif. Dengan sumber daya alam yang melimpah, ini bisa menjadi daya tawar pemerintah Indonesia.
Selain itu, ada peluang lain yang bisa digali di Indonesia. Yusuf menambahkan bahwa saat ini ada pergeseran investasi ke lini jasa. Kucuran dana Jepang untuk bisnis ini termasuk keuangan tidak sedikit.
Baca Juga
Akan tetapi, Indonesia masih memiliki hambatan. Koordinasi yang buruk antara pemerintah pusat dan daerah masih menjadi kendala.
Selain itu, penelitian dan pengembangan masih sedikit. Daya saing tenaga kerja Indonesia juga masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga.
“Apalagi dibandingkan dengan rising star seperti Vietnam karena mereka sering jadi perbandingan. Saya kira yang bisa dijadikan pelajaran bagi Vietnam banyak seperti tenaga kerja, daya saing, ongkos logisitik yang di sana rendah, dan infrastruktur,” jelasnya.