Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan perekonomian China pada kuartal III/2020 yang mencapai 4,9 persen (year on year) dinilai tak berdampak signifikan pada bisnis properti Indonesia.
CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan kenaikan pertumbuhan ekonomi tidak berdampak langsung pada sektor properti. Namun demikian, hal itu akan berdampak besar pada impor ekspor dari Indonesia yang akan meningkat.
"Penyediaan bahan mentah bagi industri akan juga meningkat sehingga ondustri Indonesia bisa bergerak," ujar Ali Tranghanda kepada Bisnis pada Senin (19/10/2020).
Secara terpisah Direktur PT Ciputra Development Tbk. Harun Hajadi juga berpendapat perekonomian China yang mulai tumbuh kembali setelah dihantam pendemi corona tak berdampak pada properti Indonesia. Pasalnya, sektor properti sifatnya sangat lokal.
"Pembelinya lokal, kontraktornya lokal, supplier-nya lokal, jadi pengaruh luar sedikit sekali," ucapnya.
Namun demikian, apabila perekonomian Indonesia yang mengalami pertumbuhan tentu pengaruhnya juga positif ke bisnis properti. Begitu juga sebaliknya, apabila ekonomi kita mengerut, pasti pengaruhnya negatif.
Baca Juga
"Properti juga selalu agak delay [menerima dampaknya]. Jika tumbuh, setelah yang lain tumbuh, baru ikut tumbuh. Kalau ekonomi menurun, yang lain turun dulu, kemudian buntutnya properti baru mengikut," tutur Harun.
Pada pertengahan bulan lalu, muncul kabar bahwa investasi China dalam pengembangan properti naik 4,6 persen y-o-y dalam 8 bulan pertama 2020, melebar dari kenaikan 3,4 persen dalam 7 bulan pertama, menurut Biro Statistik Nasional (NBS) negara tersebut.
Total investasi properti sepanjang 2020 hingga Agustus disebutkan mencapai sekitar 8,85 triliun yuan atau US$1,3 triliun, kata NBS.
Investasi pada bangunan tempat tinggal mencapai 6,55 triliun yuan, naik 5,3 persen dari periode yang sama tahun lalu, mempercepat dari kenaikan 4,1 persen pada periode Januari–Juli.