Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah menyiapkan kegiatan evaluasi di delapan lapangan panas bumi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Kementerian EDM Dadan Kusdiana menyatakan bahwa lapangan Cikakak 1 dan Cikakak 2 sebagai bagian dari lapangan Cisolok di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akan menjadi tahap awal kegiatan evaluasi. Proses penentuan lokasi ini berdasarkan data dari Badan Geologi.
Selain lapangan Cisolok, terdapat lapangan Jailolo (Kab. Halmahera Selatan, Malut), Bittuang (Kab. Tana Toraja, Sulsel), Nage (Kab. Ngada, NTT), Ciremai (Kab. Kuningan, Jabar), Marana (Kab. Donggala, Sulteng), Gunung Endut (Kab. Lebak, Banten), serta Sembalun (Kab. Lombok Timur, NTB).
Dadan menyoroti proses pelaksanaan evaluasi dengan memperhitungkan potensi risiko dan mitigasi.
"Potensi kendala yang mesti diantisipasi antara lain kekurangan data, belum tersedianya peralatan atau perangkat lunak yang dibutuhkan, perubahan lokasi lapangan panas bumi, dampak Covid-19 serta pendanaan," kata Dadan melalui siaran pers, Jumat (16/10/2020).
Salah satu yang menjadi sorotan adalah kapasitas sumber daya manusia yang masih terbatas.
Baca Juga
Dadan menyarankan agar dilakukan penambahan tenaga ahli yang kompeten terutama di BLU Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE).
Demi mengatasi hal tersebut, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi akan membentuk tim yang terdiri atas Badan Geologi, Ditjen EBTKE, dan Tenaga Ahli Menteri ESDM yang akan bersinergi untuk menilai pelaksanaan kegiatan ini.
Saat ini, BLU P3TKEBTKE tengah melakukan peer review terhadap usulan rencana survei, data hasil penyelidikan terperinci (survei geologi, geokimia, dan geofisika), hingga model konseptual pada delapan lokasi tersebut.
Tim BLU P3TKEBTKE juga akan menentukan titik bor (well targeting) sumur ekplorasi dari hasil peer review pada tiap-tiap lokasi.
Kepala P3TKEBTKE Chrisnawan Anditya menjelaskan bahwa BLU P3TKEBTE juga melakukan kajian terhadap aspek nonteknis seperti keberadaan jalan akses, lokasi sumber air, hingga kemiringan permukaan juga menjadi hal-hal tambahan yang perlu diperhatikan.
Sementara itu, Peneliti PPPTMGB "LEMIGAS" Panca Wahyudi menjelaskan Badan Geologi sudah memiliki data survei terdahulu. Namun, data tersebut perlu dievaluasi ulang untuk meyakinkan karena reservoir panas bumi berbeda dengan migas. Akurasi penentuan titik pengeboran harus sangat tepat, bahkan tidak boleh bergeser sampai 10 meter.