Bisnis.com, JAKARTA – Bank-bank mengerem pinjaman real estat komersial Inggris karena pandemi menyerang ekonomi dan memicu kekhawatiran tentang gagal bayar.
Pinjaman baru menurun pada paruh pertama sebesar 34 persen dari tahun sebelumnya menjadi 15,5 miliar pound sterling, menurut laporan dari The Business School di Kota London.
Lebih dari seperlima perbankan pemberi pinjaman yang disurvei mengatakan mereka tidak memberikan pinjaman properti komersial baru dalam periode tersebut.
Virus corona menjerumuskan Inggris ke dalam resesi yang menyakitkan dan diprediksi terburuk dalam 300 tahun.
Langkah-langkah lockdown yang diberlakukan pemerintah untuk memperlambat wabah memaksa banyak bisnis terutama restoran, bar, dan pengecer, tutup. Kondisi itu melumpuhkan kemampuan mereka untuk membayar sewa dan kemudian berlanjut menjadi ancaman terjadap harga properti.
Itu meningkatkan prospek lebih banyak gagal bayar karena nilai properti komersial menurun, memaksa peminjam melanggar persyaratan pinjaman mereka.
Baca Juga
"Efek jangka pendek dari pandemi virus corona baru saja terlihat, tetapi efek jangka panjang akan memengaruhi pinjaman dan perbankan hingga tahun depan dan seterusnya," ungkap Nicole Lux, peneliti senior di The Business School dan penulis laporan tersebut.
Sejauh ini, banyak pemberi pinjaman telah memberikan pinjaman atau memberikan pembiayaan kembali jangka pendek kepada peminjam yang kesulitan, menurut laporan itu.
Hal itu bisa berubah pada kuartal keempat tahun ini, ketika tindakan penegakan hukum dapat dimulai untuk beberapa jenis properti seperti ritel, pusat perbelanjaan, dan hotel.
Jumlah yang disiapkan pemberi pinjaman untuk ditawarkan terhadap gerai ritel terbaik rata-rata lebih dari setengah nilai properti, tingkat terendah yang pernah dicatat oleh penelitian. Namun, hanya 27 dari 76 pemberi pinjaman yang disurvei menawarkan harga untuk pinjaman tersebut.