Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata utilisasi industri keramik nasional terus membaik sepanjang paruh kedua 2020. Walakin, anjloknya permintaan pada kuartal II/2020 memiliki dampak besar pada total volume produksi sepanjang tahun ini.
Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) mendata bahwa indeks manufaktur semen dan barang galian nonlogam membaik ke level 48,89 pada kuartal III/2020 dari posisi kuartal II/2020 di level 25,76. Adapun, angka tersebut diramalkan akan menyentuh level 50,0 pada kuartal IV/2020.
Perkiraan tersebut sejalan dengan catatan Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki). Asaki mendata rata-rata utilisasi pabrikan pada kuartal III/2020 berada di kisaran 60 persen, adapun pada kuartal IV/2020 angka tersebut akan meningkat ke level 65 persen.
"Asaki sungguh bersyukur didukung kinerja ekspor yang membaik dan peralihan PSBB [Pembatasan Sosial Berskala Besar] ke new normal sehingga utilisasi di akhir tahun ini sama dengan [utilisasi sepanjang] 2019," ucap Ketua Umum Asaki Edy Suyanto kepada Bisnis, Rabu (14/10/2020).
Edy mencatat pandemi Covid-19 membuat rata-rata utilisasi pabrikan anjlok ke level 30-35 persen. Penurunan tersebut berkontribusi besar terhadap total volume produksi sepanjang 2020.
Menurutnya, hilangnya sebagian besar permintaan keramik nasional membuat volume produksi sepanjang 2020 turun sekitar 15 persen menjadi sekitar 305-310 juta m2. Adapun, realisasi volume produksi tahun lalu ada di kisaran 350-360 juta m2.
Baca Juga
Dengan kata lain, total produksi tahun ini akan lebih rendah sekitar 47,5 juta m2. Artinya, rata-rata utilisasi industri keramik di dalam negeri hanya berjalan sekitar 57,47 persen atau lebih rendah dari realisasi 2019 di kisaran 66,35 persen.
Walakin, Edy menyatakan realisasi tersebut sudah lebih baik dari perkiraan asosiasi pada kuartal II/2020. Menurutnya, hal tersebut didorong oleh penurunan harga gas ke level US$6 per mmBTU dari sekitar US$9-US$10 per mmBTU dan pelonggaran PSBB.
Edy menyatakan penurunan harga gas membuat nilai ekspor selama Januari-Agustus 2020 naik 24 persen secara tahunan menjadi US$44,9 juta. Adapun, kenaikan tersebut ditopang oleh realisasi pada Juli-Agustus yang naik dua kali lipat secara tahunan
Adapun, negara yang berkontribusi terhadap pertumbuhan nilai ekspor tersebut adalah Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Thailand, dan Australia.
"Asa mengantisipasi masih lemahnya daya beli domestik di tengah ancaman resesi perekonomian nasional dengan lebih agresif menggarap pasar ekspor dengan dukungan harga gas yang lebih murah," katanya.