Bisnis.com, JAKARTA - Volume produksi industri elektronika hingga akhir 2020 dipastikan akan anjlok sebesar dua digit, menyusul resesi Indonesia. Realisasi tersebut merupakan yang terendah setidaknya selama satu dekade terakhir.
Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel) mendata volume produksi produk elektronika hingga akhir kuartal III/2020 baru mencapai sekitar 60-70 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu. Adapun, asosiasi memastikan keadaan tersebut akan bertahan hingga akhir 2020.
"Total 1 tahun hampir bisa dipastikan [pertumbuhan volume produksi] negatif. Memang besar [penurunannya]. Tahun ini sebagian besar [pabrikan] akan mengalami kerugian," kata Sekretaris Jenderal Gabel Daniel Suhardiman kepada Bisnis, Kamis (8/10/2020).
Berdasarkan data Gabel, mendata utilisasi industri elektronika pada kuartal II/2020 merosot sebesar 30-60 persen dari posisi kuartal I/2020 karena rendahnya permintaan pasar.
Adapun, produksi barang elektronika utama seperti pendingin ruangan, lemari es, dan mesin cuci turun 60-70 persen pada Mei-Juni 2020 secara tahunan. Sementara itu, utilitas pabrikan peralatan elektronika kecil akan merosot 50-70 persen secara tahunan.
Walakin, Daniel optimistis perbaikan industri elektronika bisa terjadi pada tahun depan. Menurutnya, pabrikan elektronika nasional berorientasi ekspor dapat mulai kembali ke posisi pra-pandemi pada kuartal III/2021 atau kuartal IV/2021.
Baca Juga
Sementara itu, perbaikan untuk pabrik an berorientasi lokal akan mulai kembali ke posisi awal 2020 sekitar awal kuartal II/2021. Dengan kata lain, perbaikan permintaan elektronika di dalam negeri akan jauh lebih cepat dibandingkan pasar global.
"Saya pikir karena penetrasi atau kepemilikan produk-produk elektronik rasionya masih belum saturated. Jadi, permintaan masih terdiri atas penggantian dan pembelian kepemilikan baru," kata Daniel.