Bisnis.com, JAKARTA - Volume produksi kimia dasar, khususnya anorganik, diproyeksikan susut signifikan pada tahun ini. Adapun akselerasi perekonomian pada 2021 dinilai belum akan memulihkan kinerja pabrik.
Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan volume produksi kimia dasar secara konsolidasi pada tahun ini akan anjlok 10-30 persen secara tahunan. Pasalnya, realisasi 9 bulan pertama berturut-turut lebih rendah dari realisasi periode yang sama pada 2019.
"Menurut saya pasti merah [pertumbuhan volume produksi industri kimia dasar]. Tidak mungkin sama dengan tahun lalu, pasti di bawah tahun lalu. Ini tinggal 90 hari saja," kata Michael kepada Bisnis, Jumat (2/10/2020).
Michael mendata realisasi produksi pada kuartal I/2020 telah lebih rendah secara tahunan. Setelah itu, ujarnya, volume produksi pasti lebih rendah pada kuartal II/2020 dan kuartal III/2020 karena perekonomian nasional jatuh ke jurang resesi.
Michael meramalkan tidak akan ada lonjakan permintaan bahan baku kimia dasar yang tinggi pada kuartal IV/2020. "Tidak mungkin ada keajaiban ekstra yang bisa cover kuartal I-kuartal III/2020."
Sementara itu, volume produksi pada 2021 diharapkan bertumbuh 10-20 persen. Dengan kata lain, walaupun volume produksi tumbuh, performa pabrikan kimia dasar belum akan kembali ke posisi pra-pandemi.
Baca Juga
Michael menyatakan peran pemerintah krusial agar target pertumbuhan 10-20 persen tercapai pada 2021. Menurutnya, pemerintah perlu membatasi produk kimia dasar impor dalam bentuk bahan baku maupun barang jadi.
"Menurut kami, bisa sama dengan 2019 mungkin pada 2022 atau 2023. Butuh waktu panjang untuk recovery," katanya.
Kimia dasar adalah kategori kimia yang di dalamnya termasuk polimer, petrokimia dan turunannya, bahan kimia anorganik, dan pupuk.
Sub-kategori terbesar kimia dasar adalah plastik dan serat, mencakup polietilena, polivinil klorida (PVC), polipropilena (PP), polistirena (PS), dan produk lainnya seperti serat sintetis termasuk poliester, nilon, dan serat akrilik.