Bisnis.com, JAKARTA - Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan full-year ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada pada kisaran minus 1 persen sampai dengan minus 2 persen.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan kondisi ekonomi dipengaruhi oleh kasus Covid-19. Jika terus naik, confidence masyarakat akan turun.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kemungkinan besar akan terkontraksi pada kuartal III dan IV. Aliran modal masih dapat berbalik jika resiko meningkat. Andry pun masih meyakini kuartal IV/2020 masih bisa terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif asal ada dorongan belanja pemerintah.
"Kuartal IV kami masih menunggu, gambaran awal masih negatif. Namun, bisa saja positif pada level 0 persen, tergantung realisasi stimulus dan penambahan kasus, kalau turun terus kita memang akan bergerak minus," katanya dalam media gathering virtual tentang Economic Outlook Triwulan III/2020, Kamis (24/9/2020).
Bank Mandiri memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2020 masih akan berada pada teritori negatif tetapi dengan arah membaik dibandingkan dengan kuartal II/2020.
Hal ini sejalan dengan dinamika ekonomi global di mana banyak negara-negara dunia yang juga sudah memasuki resesi kecuali Vietnam dan Tiongkok yang masih mencatat pertumbuhan positif.
Sementara itu, dari sisi intermediasi perbankan, Andry memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun ini berada pada level 1,5 persen dengan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 8,3 persen.
Menurutnya, dengan kondisi tersebut, likuiditas perbankan tidak akan menjadi persoalan yang terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) akan berada pada kisaran 85 persen sampai 87 persen. Bahkan, likuiditas tidak akan menjadi persoalan hingga 2021.
Pertumbuhan kredit yang rendah terutama disebabkan oleh lemahnya permintaan. Di sisi lain, rasio kredit bermasalah atau NPL memang akan mengalami peningkatan antara 3,5-4 persen, tetapi peningkatan ini dapat diredam karena stimulus Pemerintah dan OJK.