Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyiapkan tiga lokasi sebagai lumbung ikan nasional di Maluku yakni di Desa Tulehu dan Desa Waai, perbatasan Desa Waai dan Desa Liang, serta lokasi ke arah Desa Liang.
Safri Burhanuddin, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves mengatakan pihaknya telah melakukan rapat koordinasi mengenai pengelolaan ikan hasil tangkap.
"Nah, dalam rakor ini dibahas mengenai tiga lokasi alternatif pembangunan Lumbung Ikan Nasional di Maluku,” ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (17/09/2020).
Safri memaparkan ketiga lokasi tersebut ialah perbatasan Desa Tulehu dan Desa Waai yang berjarak sekitar 30 km dari Kota Ambon dengan luas 400 hektare (ha). Di lokasi tersebut juga telah ada feasibility study (FS) dari Port Rotterdarm Belanda.
Lokasi kedua, katanya, berada antara Desa Waai dan Desa Liang dengan luas 574 ha dan terdapat pembangunan pembangkit listrik uap tetapi sedang mangkrak serta belum ada studi kelayakan.
Adapun, lokasi ketiga mengarah ke Desa Liang dari lokasi kedua. Di lokasi ini tidak memerlukan reklamasi yang terlalu yang besar tetapi belum ada studi kelayakan.
Baca Juga
“Kendala-kendala ini sedang kita kerjakan dan saya berharap secepatnya semua bisa terpetakan dan terselesaikan satu persatu demi mendorong pengembangan perikanan tangkap di Indonesia," paparnya.
Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Perikanan Tangkap Kemenko Marves Ikram Sangadji mengatakan bahwa perlu menjaring semua permasalahan terkait perikanan tangkap dari kementerian teknis di bawah koordinasi Kemenko Marves khususnya dengan mengacu pengelolaan perikanan berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dan implementasi Lumbung Ikan Nasional.
Di samping itu, juga perlu membahas terkait permasalahan perizinan kapal perikanan dan alat penangkap ikan termasuk juga permasalahan regulasinya.
“Selain itu perlu juga regulasi perizinan kapal perikanan satu pintu di KKP saja, perlu kajian ulang terkait data stok, produksi, dan kapal perikanan, serta perlu adanya reviu RPP di tiap WPP Pilotting,” ujarnya.
Seperti diketahui, produksi perikanan tangkap mayoritas berasal dari budidaya. Sayangnya, kontribusi perikanan tangkap masih belum optimal terhadap PDB nasional dan dirasa masih sangat rendah. Untuk itu pendekatan pengelolaan perikanan berbasis WPP.