Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Properti Hingga Akhir 2020 Diprediksi Turun 25 Persen

Bisnis propert diprediksi semakin terpukul akibat penerapan PSBBdi Jakarta dan PSBM di sejumlah daerah. Mulainya kebangkitan pada kuartal ketiga setelah terpuruk pada kuartal kedua kini harus menghadapi tren menuirujn kembali.
Seorang pria menelepon dengan latar belakang gedung perkantoran di kawasan bisnis terpadu Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta./Antara/Andika Wahyu
Seorang pria menelepon dengan latar belakang gedung perkantoran di kawasan bisnis terpadu Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta./Antara/Andika Wahyu

Bisnis.com, JAKARTA – Tahun 2020 ini merupakan tahun yang berat bagi sektor properti. Belum berakhirnya pandemi Covid-19 ditambah Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) di Jakarta dan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) di beberapa daerah memukul bisnis properti terutama hunian.

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menuturkan kondisi pasar properti hunian sangat berat selama setahun terakhir. Dia memproyeksikan hingga akhir tahun tingkat penjualan hunian akan turun sebesar 15 persen hingga 25 persen.

"Kuartal IV kemungkinan akan turun cukup dalam sehingga hingga akhir tahun penurunan sektor properti mencapai 15 persen hingga 25 persen. Tahun lalu juga masih lebih rendah dibandingkan dengan 2018 yang 5,4 persen," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (15/9/2020).

Pada kuartal I, sektor properti mengalami penurunan 50 persen, lalu meningkat di kuartal kedua hingga pertengahan kuartal ketiga saat PSBB transisi dimulai.

Namun, lanjut Ali, bagi masyarakat yang memiliki uang lebih disarankan membeli properti hunian saat ini. Hal itu dikarenakan saat ini merupakan waktu yang tepat membeli properti di tengah berbagai macam promo dan kemudahan pembayaran oleh para pengembang.  "Yang saat ini paling terdampak ya segmen menengah ke bawah."

Direktur PT Ciputra Development Tbk Harun Hajadi juga memperkirakan penjualan properti hingga akhir tahun tak mengalami pertumbuhan yang positif.

Hal itu dikarenakan kondisi April dan Mei saat PSBB jilid pertama mengalami kondisi yang mati suri. Ditambah lagi, adanya PSBB jilid kedua dan pelaksanaan PSBM di sejumlah daerah yang tentu akan berdampak lebih dalam pada sektor properti.

"Sebagian property companies yang utangnya agak besar, beban utangnya besar dibandingkan dengan  kemampuan membayarnya, akan kesulitan. Kalau Ciputra ya terus dong proyek tetap berjalan, kita kan memang expertise-nya disitu, selalu berusaha inovatif di bidang properti," ucapnya.

Pihaknya akan terus mencari ceruk-ceruk baru, baik dari segi segmen pasar, produk, lokasi, dan jenis properti untuk dapat menarik minat pembelian properti.

Dia menuturkan saat ini konsumen yang membeli rumah bukan lagi investor, melainkan konsumen yang benar-benar memerlukan hunian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper