Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengelola Migas Aceh memaparkan realisasi produksi siap jual sepanjang semester I/2020 baru mencapai 26 persen.
Berdasarkan data yang dipaparkan dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR pada Kamis (3/9/2020), realisasi lifting migas pada semester I/2020 yakni 1,268 juta barel setara minyak (million barrel oil equivalent/mboe) atau sekitar 26 persen dari target tahun ini 4,932 mboe.
Kepala BPMA Teuku Mohamad Faisal menjelaskan bahwa rendahnya capaian lifting migas pada periode tersebut disebabkan adanya pemberhentian total fasilitas produksi PT Medco E&P Malaka.
Adapun, terganggunya fasilitas produksi Medco E&P disebabkan oleh bencana alam tanah longsor yang berdampak ke masyarakat sekitar yang terjadi pada akhir 2019.
"Pipa itu bergerak dan kita melakukan penopangan pipa tersebut," katanya, Kamis (3/9/2020).
Namun, dia mengatakan bahwa fasilitas produksi Medco E&P sejak April 2020 lalu telah mulai dioperasikan kembali dengan perkiraan produksi maksimum pada 26 persen.
Baca Juga
Pasalnya, kendati fasilitas telah berproduksi, serapan gas tersebut tidak dapat seluruhnya karena serapan dari PT PLN (Persero) mengalami kendala.
Faisal mengatakan bahwa dengan terbitnya Keputusan Menteri No. 89K/2020 dan Keputusan Menteri No. 91K/2020 diharapkan dapat meningkatkan serapan gas oleh PLN karena pihaknya dapat meminta PLN untuk menyerap secara maksimum sesuai dengan engineering, procurement, and contruction (EPC) kontrak sebesar 59 bbtud.
Selain itu, pihaknya mendorong percepatan onstream produksi yang diakibatkan tanah longsor Medco E&P, amendemen EPC Medco E&P, optimalisasi penyerapan gas wilayah kerja Aceh, dan pemeliharaan untuk meningkatkan keandalan produksi.
"Pada akhir tahun 2020 kita bisa memaksimumkan 80 persen dari prediksi di awal," ungkapnya.